Agar membaca bukan sekadar membaca, bagaimana caranya membaca sambil membangun empati anak?
Kegiatan membaca bagi anak mungkin menjadi salah satu kegiatan edukasi yang bisa dilakukan oleh orang tua. Namun, jika kegiatan membaca tersebut hanya sekadar membaca dan dilakukan dengan proses yang sama, tentunya lama kelamaan kegiatan tersebut akan menjadi sesuatu yang membosankan bagi anak. Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa orang tua yang akhirnya melakukan kegiatan reading aloud (membaca keras) dan storytelling (membacakan cerita) dengan menggunakan alat peraga supaya anak tetap tertarik terhadap kegiatan literasi ini.
Terkadang orang tua menginginkan agar kegiatan membaca yang dilakukan dapat memberi pengaruh yang positif terhadap kegiatan anak-anak dalam kesehariannya, salah satunya adalah berempati. Tenang saja, karena kegiatan membaca, terutama membaca bacaan narrative text (cerita fiksi) memang dapat mengembangkan rasa empati anak terhadap lingkungan sekitarnya melalui karakter tokoh yang terdapat dalam cerita (Batini, Bartolucci, & Timpone, 2018).
Untuk itu, dalam buku Membaca untuk Membangun Empati yang ditulis oleh beberapa anggota Komunitas Guru Belajar ini menyebutkan beberapa cara agar kegiatan membaca menjadi lebih bermakna dan menarik bagi anak. Kegiatan ini bisa kita sebut sebagai kegiatan literasi bermakna (Komunitas Guru Belajar, 2020). Eits, jangan salah, ternyata literasi itu bukan sekadar perihal baca dan tulis, tetapi juga bagaimana kita bisa mengolah informasi yang didapatkan dari buku untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini, permasalahan yang akan diselesaikan adalah bagaimana menghadapi orang yang berbeda dari kita (berempati).
Dalam buku Membaca untuk Membangun Empati ini juga disebutkan bahwa salah satu kegiatan literasi bermakna bisa dilakukan dengan menggunakan media permen warna-warni. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Pertama, meminta anak untuk memilih warna dari pilihan warna-warna permen yang ada.
- Kemudian orang tua memperlihatkan sekotak permen warna-warni, lalu bertanya pada anak, “Menurut kamu, permen-permen ini bagaimana?” Kemungkinan anak akan menjawab, “Warna-warni.”
- Setelah itu, orang tua membuat pernyataan sekaligus pertanyaan, “Tahu gak, sih, kita itu sama saja seperti permen-permen ini?”
- Selanjutnya, orang tua bisa meminta anak untuk memakan permen tersebut dan bertanya, “Bagaimana rasanya?” Kemungkinan anak akan menjawab, “Manis … enak.”
- Terakhir, orang tua menjelaskan bahwa rasa permen yang kita pilih itu sama walau berbeda warnanya, dan permen-permen itu juga sama-sama bisa dimakan. Artinya, kita ini walau berbeda fisiknya (hitam, tinggi, gemuk), tetapi sama-sama manusia dan memiliki kesempatan yang sama.
Setelah kegiatan tersebut, kita bisa membahas lebih lanjut seputar bagaimana contoh sikap berempati di lingkungan sekitar, yang terpenting adalah anak bisa memahami bagaimana konsep berempati itu. Selamat mencoba langkah-langkah di atas! 😊
Referensi:
Batini, F., Bartolucci, M., & Timpone, A. (2018). The effects of reading aloud in the primary school. Psychology and Education: An Interdisciplinary Journal, 55(1&2), 111-122
Komunitas Guru Belajar. (2020). Guru Belajar: Membaca untuk Membangun Empati (edisi khusus program bersama Indika Foundation). Jakarta Selatan: Kampus Guru Cikal
Penulis: Silvya Budiharti
Desainer: Sri Mulyasari Aryana
Editor: Fadlillah Octa