Category: Kesehatan

drinking water
Kesehatan

Minum, Kebutuhan Dasar yang Sering Terlupakan

Sama seperti bumi yang dua per tiga bagiannya adalah air, ternyata 50–60% komposisi tubuh manusia juga adalah air. Bahkan pada anak di bawah usia satu tahun, hampir 85% dari berat badannya adalah air. Maka dari itu, tidak heran jika kekurangan cairan bisa berakibat fatal.

Pada tahap tertentu, kekurangan cairan dapat menyebabkan tubuh tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, hal ini kita kenal dengan dehidrasi. Saat mengalami dehidrasi gejala awal yang muncul biasanya adalah merasa haus. Namun yang jadi masalah adalah kita sering mengabaikan rasa haus ini dan menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi. Bahkan salah satu studi di Indonesia menemukan bahwa 49,5% remaja dan 42,5 % orang dewasa terkena dehidrasi ringan.

Menurut Mayo Clinic, beberapa penyebab seseorang mengalami dehidrasi antara lain diare akut, muntah berlebihan, demam, berkeringat berlebihan, atau sedang mengalami infeksi. Namun terkadang dehidrasi terjadi karena alasan sederhana, yaitu tidak cukup minum karena sibuk beraktivitas. Selain pekerja dan siswa, seorang ibu yang kesehariannya di rumah juga berisiko mengalami dehidrasi.

Banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh ibu dalam sehari seringkali menyebabkan minum menjadi aktivitas yang dikesampingkan. Akibatnya beberapa orang mengalami rasa sakit kepala dan penurunan konsentrasi akibat dehidrasi yang tidak disadari. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Siska Kusumawardani pada siswa di SDN Sudimara 5 Tangerang menunjukkan bahwa tingkat hidrasi sebanding dengan tingkat konsentrasi yang dimiliki oleh siswa. Hal ini wajar terjadi, sebab 83% bagian otak merupakan air. Saat kurang minum, maka otak kekurangan cairan elektrolit yang berfungsi menghubungkan aktivitas antar selnya dan berakibat menurunnya fungsi neurologis dan kognitif.

Berikut ini adalah beberapa tips agar Ibu dan Sister tidak kekurangan minum meski memiliki aktivitas yang padat dalam sehari:

1. Pasang alarm atau pengingat di ponsel

Saat ini ada banyak aplikasi pengingat waktu minum yang dapat diunggah di ponsel, beberapa di antaranya Hydro-Water Drink Reminder dan Leap Fitness Drink Water Reminder.

2. Letakkan air minum dekat lokasi kita beraktivitas

Agar tidak beralasan tidak minum karena jauh, sebaiknya letakkan botol atau gelas minum di dekat kita beraktivitas. Misal, sebelum tidur meletakkan minum di kamar atau saat bekerja meletakkan minum di meja kerja.

3. Gunakan botol minum yang menarik

Saat ini ada banyak botol minum dengan bentuk dan warna yang menarik. Selain agar menarik perhatian kita, membiasakan membawa botol minum juga dapat mencegah sampah kemasan minuman,

4. Minum cairan tinggi elektrolit

Jika minum air putih saja terasa membosankan, kita bisa mencoba minum air kelapa atau nutrient dense water (NDW) yang tinggi elektrolit. NDW dapat kita buat dengan mencampur air hangat, madu, garam laut, serta air lemon.

5. Tambahkan es batu atau potongan buah pada air minum

Saat cuaca sedang panas, kita dapat menambahkan es batu atau potongan buah ke dalam air minum. Selain terasa lebih segar, mengkonsumsi infused water dipercaya dapat membantu proses detoksifikasi dan mencegah penuaan dini.

Nah setelah tahu bahwa ternyata kekurangan cairan dapat berdampak buruk terhadap kesehatan, yuk setelah ini jangan lupa untuk minum sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jangan sampai karena sibuk mengurus anak jadi lupa minum ya Ibu dan Sisters.

***

Referensi:

Alodokter. (2021). Tak Hanya Menyegarkan, Inilah 4 Manfaat Infused Water untuk Kesehatan. Diakses dari www.alodokter.com/fakta-tentang-manfaat-infused-water pada 16 Februari 2023

Anggi. (2023). Daftar Aplikasi Pengingat Minum Terbaik !. Diakses dari www.teknovidia.com/aplikasi-pengingat-minum/ pada 16 Februari 2023

Briawan, Dodik., Rachma., Annisa., 2011. Kebiasaan Konsumsi Minuman dan Asupan Cairan pada Anak Usia Sekolah di Perkotaan. Journal of Nutrition and Food. 6(3): 186-191

Dewi, Ratih. (2021). 7 Tips Sederhana Ini Bikin Kamu Rajin Minum Air Putih. Diakses dari https://www.beautynesia.id/wellness/7-tips-sederhana-ini-bikin-kamu-rajin-minum-air-putih/b-193412/ pada 16 Februari 2023

Kusumawardani, Siska, & Ajeng Larasati, 2020. Analisis Konsumsi Air Putih Terhadap Konsentrasi Siswa. jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika. 91-95. ISSN : 2579 – 6151

Lentini, Banun., Margawati, Ani., 2014. Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Status Hidrasi dengan Konsentrasi Berfikir pada Remaja. Journal of Nutrition College. 3(4): 631-637

Mayo Clinic. (2021). Dehydration. Diakses dari 

www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dehydration/symptoms-causes/ pada 16 Februari 2023

Yolanda, Natharina. (2016). Kebutuhan Air Pada Anak. Diakses dari www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kebutuhan-air-pada-anak pada 16 Februari 2023


Penulis: Widia Anggia Vicky
Desainer/Illustrator: Rifki Aviani
Editor: Fadlillah Octa

banner
Kesehatan

Ketika Anak Terkena Campak, Apa yang Sebaiknya Ibu Lakukan?

Ibu dan Sister tentu pernah mendengar tentang penyakit campak, kan? Dewasa ini terjadi lonjakan kasus penyakit campak yang menyerang anak-anak di Indonesia. Waspada harus, tetapi jangan panik, ya! Yuk, kita kenali dulu apa itu penyakit campak! 

Dilansir dari sejumlah artikel, salah satunya Catchmeup.id (2023) dijelaskan bahwa kasus campak di Indonesia mengalami kenaikan sebanyak 25 kali lipat pada tahun 2022. Berawal dari 132 kasus di tahun 2021, kini kasus campak menjadi 3.341 kasus di tahun 2022. Terang saja, peningkatan kasus campak tersebut pun disebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Disebutkan dari berbagai sumber bahwa hingga akhir Desember 2022 tercatat temuan penularan campak di 31 provinsi di Indonesia (Maulana, 2023). Lantas, mengapa terjadi peningkatan kasus campak? Adanya pandemi COVID-19 menjadi salah satu pemicu terjadinya KLB campak. Selama pandemi, masyarakat Indonesia lebih banyak berdiam diri di rumah dan menghindari tempat-tempat ramai termasuk fasilitas kesehatan, sehingga cakupan imunisasi menjadi menurun. Dampak panjang dari kejadian ini adalah terjadinya penurunan kekebalan komunitas (herd immunity). Ketika pandemi mulai berakhir dan masyarakat kembali beraktivitas, memungkinkan terjadinya kontak erat antara satu orang dengan orang lainnya, sehingga menjadi trigger peningkatan penularan penyakit campak. Selain itu, kantong-kantong wilayah yang memiliki cakupan imunisasi rendah kini makin banyak setelah pandemi karena adanya penolakan terhadap vaksinasi itu sendiri.

Lantas, apa sebenarnya penyakit campak itu? Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu jenis virus dari kelompok paramyxovirus yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Artinya, penularan penyakit campak dapat terjadi melalui udara ketika penderita bersin atau melalui cairan lendir yang dihasilkan saat penderita pilek. Ketika sudah sampai di saluran pernapasan, virus akan menetap, memperbanyak diri, dan menyebar ke seluruh tubuh. Penyakit campak ini bersifat self-limiting disease atau dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, kita sebagai orang tua tetap harus waspada ya, Bu. Karena penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi terutama untuk orang-orang atau anak-anak yang memiliki imunitas rendah dan anak-anak dengan status gizi buruk. Komplikasi yang dapat terjadi misalnya radang paru-paru, radang telinga, radang selaput otak, bahkan kematian.

Penyakit campak tentu saja memiliki gejala yang membedakannya dengan penyakit lainnya. Gejala awal dari penyakit ini baru akan terasa setelah empat belas hari virus campak masuk ke tubuh. Setelah terinfeksi virus campak, seseorang akan mengalami demam tinggi yang akan dibarengi dengan tenggorokan kering, pilek, mata merah, serta berair. Setelah itu akan muncul ruam-ruam merah di sekujur tubuh. Pada langit-langit mulut juga akan timbul bercak berupa titik-titik putih keabuan dengan bagian tengah kemerahan yang disebut dengan bercak koplik. Bercak ini dapat menyebar ke seluruh mukosa mulut dan bibir dan jarang ditemukan di bibir bagian bawah tengah (Nugraha, 2015).

Bercak koplik juga menjadi salah satu yang membedakan seseorang terkena campak (morbilli) dengan campak Jerman (German measles) yang disebabkan oleh rubivirus. Bercak koplik akan muncul pada stadium awal campak atau disebut dengan stadium kataral. Pada stadium ini munculnya bercak koplik beriringan dengan gejala-gejala awal campak seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Kita intip upaya pencegahan campak yuk, Bu!

  1. Pastikan cakupan imunisasi campak si kecil sudah lengkap, ya, Bu. Pemberian vaksin campak umumnya dilakukan pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan ketika si kecil menginjak usia 6 atau 7 tahun. 
  2. Hindari bepergian ke tempat ramai apabila kondisi si kecil tidak fit, kurang sehat, atau dalam kondisi kelelahan.
  3. Gunakan masker ketika pergi keluar rumah.
  4. Konsumsi makanan sehat, bergizi, dan seimbang. Selain itu, konsumsilah air putih yang cukup serta cukup istirahat.

Upaya pencegahan diperlukan tentu saja untuk mencegah penularan penyakit campak. Namun, jika si kecil sudah terinfeksi virus campak, ibu tidak perlu panik. Beberapa hal berikut dapat ibu lakukan apabila si kecil sudah mulai menunjukkan gejala penyakit campak.

  1. Memastikan si kecil tetap beristirahat di dalam rumah untuk memulihkan dan meningkatkan sistem imunnya.
  2. Memastikan si kecil tetap berdiam diri di rumah atau kamar sehingga mengurangi kontak dengan orang sekitar untuk mencegah penularan.
  3. Memastikan si kecil mendapatkan asupan makanan sehat dan bergizi seimbang.
  4. Jika demam sudah turun, si kecil boleh dimandikan untuk mengurangi rasa gatal dari ruam-ruam yang muncul pada tubuh.
  5. Memastikan pakaian yang dikenakan si kecil tetap nyaman dipakai. Hindarilah keringat berlebih untuk mengurangi rasa gatal yang timbul akibat ruam-ruam yang muncul.
  6. Memastikan asupan cairan yang cukup bagi si kecil agar tidak mengalami dehidrasi, khususnya saat demam.

Apabila si kecil sudah terinfeksi campak, diperlukan upaya penanganan dan pengobatan. Beberapa tata laksana pengobatan yang dapat dilakukan saat si kecil terkena campak sebagai berikut.

  1. Segera ke dokter apabila kondisi si kecil sudah memerlukan bantuan tim medis. Beberapa obat-obatan yang umumnya diresepkan oleh dokter di antaranya obat penurun panas, seperti acetaminophen ibuprofen atau naproxen yang bisa membantu meredakan demam. Jangan memberikan aspirin pada pasien campak karena dapat mengakibatkan sindrom reye yang bisa menyebabkan penderitanya kebingungan, pembengkakan otak, dan kerusakan hati. Antibiotik diberikan apabila pasien campak mengalami komplikasi dengan infeksi bakteri ke paru-paru (radang paru) dan infeksi telinga. Vitamin A dapat mengurangi keparahan bagi pasien yang terkena campak.
  2. Melakukan vaksinasi apabila diperlukan.
  3. Memberikan serum immunoglobulin bagi seseorang dengan kasus tertentu, seperti ibu hamil, bayi, dan seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah dan mudah terkena virus sesuai anjuran dokter.

Nah, itulah uraian singkat tentang penyakit campak. Mengenal dan mencegah penyakit campak akan lebih baik dilakukan daripada mengobati. Mudah-mudahan keluarga dan anak-anak kita selalu diberikan kesehatan dan terhindar dari penyakit campak ini, ya, Ibu dan Sister. Salam sehat selalu.

***

Referensi:

Anggraini, Ariska Putri. 2020. Anak Terkena Campak, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?. https://health.kompas.com/read/2020/01/28/162900468/anak-terkena-campak-apa-yang-harus-dilakukan-orangtua?page=all tanggal 06 Februari 2023 pukul 10.00 WIB. 

Catchmeupid. 2023. Kasus Penyakit Campak Meningkat di 2-22, Kemenkes dan IDAI Dorong Vaksinasi Campak pada Anak. Diakses dari https://www.instagram.com/p/Cnv0rMIPfXN/?hl=en tanggal 06 Februari 2023 pukul 10.34 WIB. 

Handayani, Verury Verona. 2020. Anak Terserang Campak, Apa yang Harus Dilakukan. Diakses dari https://www.halodoc.com/artikel/anak-terserang-campak-apa-yang-harus-dilakukan tanggal 06 Februari 2023 pukul 10.38 WIB. 

Hanggara, Dian Sukma. 2023. Penanganan Spesimen pada Pemeriksaan laboratorium Campak. Diakses dari https://patologiklinik.com/2018/09/27/penanganan-spesimen-pada-pemeriksaan-laboratorium-campak/ pada 08 Februari 2023 pukul 12.20 WIB. 

Keluarga, Mitra. 2022. Campak pada Anak, Waspadai Gejala dan Penularannya. Diakses dari https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/campak 06 Februari 2023 pukul 11.00 WIB. 

Maulana, Arief. 2023. Kemenkes Tetapkan KLB Campak, Pakar Unpad Ungkap Penyebabnya. Diakses dari https://www.unpad.ac.id/2023/01/kemenkes-tetapkan-klb-campak-pakar-unpad-ungkap-penyebabnya/ 06 Februari 2023 pukul 11.05 WIB. 

Nugraha, Bagus Agung Surya Dipta. 2015. Morbili pada anak dalam pengobatan antiretroviral (ARV). Intisari Sains Media (4): 1–5. 

Pittara. 2023. Pengertian Campak. Diakses dari https://www.alodokter.com/campak 08 Februari 2023 pukul 12.18 WIB. Rokom. 2023. Waspada, Campak jadi Komplikasi Sebabkan Penyakit Berat. Diakses dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230120/1642247/waspada-campak-jadi-komplikasi-sebabkan-penyakit-berat/ 06 Februari 2023 pukul 11.10 WIB.

Penulis: Tyas Ayu Lestari
Desainer/Illustrator: Sisca Ayu
Editor: Dwi Martina Dewi

Manfaat (850 × 250 px)
Kesehatan

Kenali Kondisi Kesehatan Mentalmu Melalui Evaluasi Psikologis

Apakah Ibu dan Sister akhir-akhir ini merasakan masalah yang cukup berat? Apakah Ibu dan Sister akhir-akhir ini merasakan perubahan mood, perilaku, dan cara berpikir yang pada akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari? Berbagai kondisi tersebut berpotensi mengganggu kesehatan mental Ibu dan Sister. Oleh karena itu, diperlukan penanganan untuk memulihkan kesehatan mental Ibu dan Sister.

Kemajuan teknologi di zaman sekarang membuat Ibu dan Sister lebih mudah mengakses informasi terkait kesehatan mental. Saat ini, banyak sekali informasi mengenai penanganan kondisi kesehatan mental yang dapat diakses di media sosial. Hal ini tentu memiliki manfaat untuk Ibu dan Sister. Mengapa demikian? Kemudahan akses informasi terkait kesehatan mental tersebut membuat Ibu dan Sister lebih mudah mendapatkan akses untuk melakukan konseling dengan tenaga profesional, misalnya psikolog dan psikiater. Melakukan konseling dengan tenaga profesional sangat penting dilakukan ketika Ibu dan Sister membutuhkan penanganan yang lebih komprehensif. Namun, seringkali Ibu dan Sister tidak tahu hal yang ingin Ibu dan Sister ceritakan serta hal yang sebenarnya Ibu dan Sister  rasakan. Sebagai langkah awal, Ibu dan Sister bisa melakukan evaluasi psikologis terlebih dahulu, lho!

Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Psikologis?

Evaluasi Psikologis atau bisa disebut sebagai Psychological Assessment adalah sebuah proses pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang psikolog. Psikolog menggunakan tes dan alat penilaian lainnya ini untuk mengamati dan mengukur perilaku klien hingga tahap diagnosis dan panduan pengobatan. Psikolog berperan seperti seorang detektif yang berusaha mendapatkan petunjuk untuk memecahkan sebuah misteri. Makin banyak petunjuk yang diidentifikasi oleh psikolog, makin banyak pula informasi yang digunakan untuk mengetahui kondisi psikologis para klien. Selain itu, banyaknya informasi yang mampu diperoleh akan memudahkan psikolog menentukan langkah-langkah yang tepat untuk membantu para klien.

Apa saja manfaat dari Evaluasi Psikologis?

Evaluasi Psikologis memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat Evaluasi Psikologis sebagai berikut:

1. Mendiagnosis berbagai kondisi psikologis dan penyakit yang memengaruhi ingatan, proses berpikir, dan perilaku. Sebagai contoh, depresi dan gangguan cemas, baby blues, post-partum depression, serta Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) and alzheimer.

2. Mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh individu, misalnya analisis kemampuan logika, pemecahan masalah, kemampuan berkomunikasi, dan stabilitas emosi ataupun kepercayaan diri.

3. Memberikan gambaran tentang bidang aktivitas yang cocok bagi setiap individu. Saat memperoleh gambaran tersebut, psikolog dapat memberikan solusi yang tepat untuk membantu klien mengembangkan potensinya.

Dalam Evaluasi Psikologis terdapat berbagai teknik asesmen yang digunakan. Salah satu teknik asesmen yang umum digunakan adalah wawancara klinis. Melalui wawancara klinis dengan klien, psikolog dapat memperoleh informasi psikologis dan penyakit yang dialami oleh klien. Ketika seorang psikolog berbicara kepada klien tentang kekhawatiran dan sejarahnya, psikolog  dapat mengamati cara klien berpikir, beralasan, dan berinteraksi dengan orang lain. Selain melalui wawancara, proses asesmen juga bisa dilakukan secara tertulis. Proses asesmen secara tertulis dilakukan dengan menjawab sejumlah pertanyaan pilihan ganda maupun esai. Setiap pertanyaan yang dijawab klien diharapkan mampu menjelaskan masalah psikologis tertentu yang dialami klien. Durasi setiap evaluasi juga berbeda-beda, tergantung dari jenis evaluasi yang dipilih atau kebijakan dari penyedia asesmen. 

Nah, Ibu dan Sister sudah memperoleh gambaran tentang Evaluasi Psikologis. Kemudian, di mana Ibu dan Sister bisa mendapatkan layanan Evaluasi Psikologis? Ibu dan Sister bisa mendapatkan layanan Evaluasi Psikologis di lembaga pelayanan psikologi. Bagaimana dengan tes psikologis yang banyak tersedia secara online? Para ahli ternyata tidak merekomendasikan tes psikologi secara online. Ketika Ibu dan Sister mencoba untuk mengikuti tes dengan cara tersebut, jawaban dalam tes mungkin tidak konsisten serta membuat Ibu dan Sister tampak memiliki lebih banyak masalah daripada yang sebenarnya terjadi. Ibu dan Sister boleh saja untuk mencoba mengikuti tes psikologis secara online. Namun, jangan lupa untuk mengonsultasikan hasilnya dengan psikolog, ya.

Bagaimana informasi tentang Evaluasi Psikologis, Ibu dan Sister? Setelah memperoleh informasi tersebut, Ibu dan Sister tidak perlu takut lagi untuk melakukan Evaluasi Psikologis jika memang diperlukan. Ini bukanlah sesuatu yang perlu Ibu dan Sister pelajari terlebih dahulu layaknya ujian akhir. Sebaliknya, Evaluasi Psikologis adalah kesempatan bagi psikolog untuk menentukan cara terbaik untuk membantu para kliennya agar sehat secara fisik dan psikis.

Salam sehat, Ibu dan Sister!

***

Referensi:

Protenzia Consulting. 2020. Memahami Pengujian dan Assessment Psikologis. Diakses dari http://www.protenziaconsulting.com/news/memahami-pengujian-dan-assesment-psikologis/ tanggal 02 Oktober 2022.

Rudlin, Kathryn. 2022.. What Is a Psychological Evaluation? Diakses dari https://www.verywellmind.com/get-your-teen-a-psychological-evaluation-2610450 tanggal 30 September 2022.

Penulis: Shinta Nastiti
Desainer/Illustrator: Sri Mulyasari Aryana
Editor: Dwi Martina Dewi

healing with journaling
KeluargaKesehatan

Healing dengan Journaling

Sebagai wanita, Ibu mungkin sudah terbiasa dengan task-switching atau mengerjakan hal berbeda secara bergantian dalam satu waktu. Contohnya saat Ibu menyelesaikan pekerjaan kantor sembari memikirkan weekly menu untuk minggu depan dan mengingat-ingat bahan makanan yang habis dan perlu dicatat di dalam daftar belanja minggu ini.

Aktivitas task-switching ini menambah beban kerja otak sehingga otak memerlukan lebih banyak energi. Tidak heran jika Ibu seringkali merasa lelah meski sudah beristirahat dengan waktu yang cukup. Salah satu kegiatan healing yang dapat membantu meringankan beban kerja otak adalah dengan menulis jurnal.

Menulis jurnal atau journaling adalah suatu kegiatan rutin menjabarkan hal-hal yang dipikirkan dan dirasakan secara sistematis. Journaling bisa dimulai sesederhana menulis di buku catatan atau menggunakan aplikasi di laptop atau smartphone Ibu.

Selain mengurangi kepenatan di kepala, ada banyak tujuan journaling, seperti untuk mengabadikan pengalaman dan perasaan, hingga untuk menerapkan kesadaran penuh atau mindfulness.

Manfaat dari journaling pun tidak kalah banyaknya, terutama bagi pengembangan diri dan kesehatan mental. Journaling membantu mengurai pikiran menjadi runut dan terorganisir ke dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan inilah yang kemudian akan membantu dalam proses mengenal diri sendiri hingga menemukan aspirasi diri. Selain itu, journaling juga membantu dalam mempertimbangkan dan menentukan langkah selanjutnya dalam kehidupan.

Dari sisi kesehatan mental, journaling berperan sebagai wadah yang menampung keluh-kesah, keraguan, dan ketakutan dalam diri. Journaling membantu mengelola emosi secara sehat. Ketika kita mengurai dan memindahkan berbagai pemikiran dan emosi tersebut dari kepala ke dalam bentuk tulisan, maka kita akan merasa lega.

Berikut adalah beberapa jenis journaling yang dapat dicoba:

1.    Daily Journal

Jurnal harian yang berisikan hal-hal yang dilakukan atau pengalaman yang dirasakan hari itu. Umumnya jurnal harian juga berisikan to-do list, sehingga jurnal ini cocok jika kita ingin mengingat suatu momen secara rinci.

2.    Atomic Journal

Atom adalah unsur terkecil yang membentuk senyawa. Seperti namanya, atomic journal mengajak kita menulis satu kalimat sederhana untuk mendeskripsikan perasaan dan pengalaman hari itu. Meski terdengar sulit, namun atomic journal bisa memantik Ibu untuk memperkaya kosa kata.

3.    Gratitude Journal

Cara sederhana untuk memulai gratitude journal adalah dengan menuliskan 5-10 hal yang disyukuri setiap harinya. Mulai dari hal-hal besar, seperti sembuh dari sakit, dan berhasil mendapat pekerjaan baru, hingga hal-hal sederhana namun membuat hati terasa hangat, seperti menempuh perjalanan tanpa terjebak kemacetan, dan pelukan ekstra dari anak-anak. Gratitude journal melatih optimisme dan kemampuan bersyukur Ibu dalam menjalani kehidupan.

4.    Visual Journal

Jika Ibu menyukai hal-hal yang bersifat artistik, maka Ibu bisa mencoba membuat visual journal. Visual journal berisikan satu foto atau gambar setiap harinya. Ibu bisa memotret diri sendiri, keluarga, pemandangan, atau aktivitas yang Ibu lakukan hari itu. Jika dilakukan dengan rutin, pada akhir tahun Ibu bisa memiliki kaleidoskop sendiri.

5.    Bullet Journal

Bullet Journal atau BuJo merupakan metode journaling yang diciptakan oleh Ryder Carroll dan menekankan pada intensi penulisnya. Secara umum, BuJo berisikan future log untuk mencatat aspirasi atau tujuan, monthly planner untuk mencatat deadline dan goals jangka pendek, serta daily log untuk mencatat aktivitas harian. Namun Ibu juga bisa menambahkan kategori lain sesuai kebutuhan. Berbeda dari jenis journaling lainnya, BuJo biasanya menggunakan jurnal yang halamannya menggunakan titik-titik. Ini karena kita akan mengatur, menggaris, bahkan menggambar sendiri jurnal tersebut sesuai preferensi atau intensi kita.

Wajar jika journaling menjadi salah satu kegiatan yang populer. Selain menyenangkan, journaling juga hemat waktu dan biaya, serta memiliki banyak manfaat, terutama dalam mengorganisir kehidupan.

Untuk mendapatkan manfaatnya, jadikan journaling sebagai suatu kebiasaan atau rutinitas Ibu. Sebelum mengakhiri hari, dedikasikan beberapa menit waktu Ibu untuk menulis. Jika Ibu merasa bingung atau canggung, ingatlah bahwa tidak ada peraturan saklek dalam journaling, sehingga Ibu tidak perlu takut salah.

Jadi metode journaling mana yang ingin Ibu coba?

***

Referensi:

Hirsch, P. ,Koch, I., et al. (2019, 14 Agustus). Putting a stereotype to the test: The case of gender differences in multitasking costs in task-switching and dual-task situations. Diakses dari https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0220150

Murray, B. (2002, Juni). Writing to heal. Monitor on Psychology, 33, (6). https://www.apa.org/monitor/jun02/writing

Phelan, H. (2018, 25 Oktober). What’s All This About Journaling?. Diakses dari https://www.nytimes.com/2018/10/25/style/journaling-benefits.html

Tartakovsky, M. (2022, 22 Februari). 6 Journaling Benefits and How to Start Right Now. Diakses dari https://www.healthline.com/health/benefits-of-journaling#how-to-start

Penulis: Yoanda Pragita
Desainer/Illustrator: Rifki Aviani
Editor: Sucia Ramadhani

vegetarian
Kesehatan

Ibu dan Anak Vegetarian, Sehat Kah?

Baru-baru ini, tren pola makan vegetarian semakin meningkat, terutama pada perempuan. Salah satu anggapan populer yang berkembang adalah vegetarian bisa menjadi cara untuk membuat tubuh menjadi ideal. Tujuan tersebut memang tidak sepenuhnya salah, tetapi yang patut dicari tahu adalah apakah pola makan vegetarian itu menjadi pilihan yang paling sehat untuk bunda dan sisters khususnya keluarga?

Vegetarian terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan boleh atau tidak mengonsumsi makanan tertentu. Dari semua jenis vegetarian yang ada, sebuah survei menunjukkan bahwa sebagian besar jenisnya adalah lacto-ovo vegetarians. Locto-ovo Vegetarians adalah orang yang tidak makan segala jenis daging. Namun, mereka masih mengonsumsi telur, susu, keju, atau yoghurt.

Tidak hanya pada perempuan dewasa, akhir-akhir ini banyak orang tua yang juga menerapkan diet vegetarian pada anak-anaknya. Hal ini disebabkan pemikiran bahwa vegetarian akan memberikan manfaat untuk kesehatan anak. 

Namun, tahukah bunda dan sisters bahwa menjadi vegetarian tidak sepenuhnya sehat untuk anak? Menurut dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Aryono Hendarto, alih-alih menyehatkan, para pakar nutrisi justru mengatakan bahwa berbahaya apabila orang tua menghilangkan asupan bahan makanan hewani untuk anak. Anak yang menjadi vegetarian berisiko mengalami kekurangan zat gizi. 

Sebenarnya apa saja zat gizi tersebut dan apa saja perannya bagi tubuh?

1. Protein dan Asam Lemak: Pembuat Hormon dan Kemampuan Kognitif

Protein memiliki asam amino yang sangat berguna selama pertumbuhan dan produksi senyawa yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yaitu pembentukan hormon dan neuron untuk perkembangan otak anak. Asam amino memang bisa didapatkan dari bahan makanan yang tidak berasal dari hewan. Akan tetapi, asam amino pada protein hewani lebih lengkap daripada protein nabati.

Selain asam amino, kandungan asam lemak seperti omega-3 dan omega-6 juga berperan untuk perkembangan visual, kognitif, dan berhubungan dengan respons imun anak.

2. Zat Besi: Produsen Darah Manusia

Daging memiliki kandungan zat besi yang penting untuk produksi darah dalam tubuh manusia. Zat besi memang dapat ditemukan pada sayuran. Namun, zat besi pada sumber nabati berbeda dari protein hewani.

Zat besi pada daging memiliki heme yang menjadi komponen utama hemoglobin dan hemoprotein. Sementara, zat besi pada sayuran tidak memiliki heme. Jadi, konsumsi sayur tidak cukup untuk menggantikan zat besi dari protein hewani.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh East Carolina University pada 2016, sekitar 25% vegetarian rentan terkena anemia karena rendahnya kadar zat besi dan vitamin B12 dalam darah. Hal ini menjadi sangat krusial, terutama bagi bunda dan sisters. Karena saat mengalami menstruasi, perempuan membutuhkan zat besi yang lebih banyak untuk menggantikan darah yang keluar.

3. Vitamin B12: Zat Penting untuk Ibu dan Anak

Protein hewani juga memproduksi vitamin B12 yang mempunyai peran besar dalam tumbuh kembang anak. Kekurangan vitamin B12 pada anak menyebabkan gagal tumbuh, gangguan pergerakan, dan keterlambatan perkembangan. Jika untuk bunda dan sister, vitamin B12 sangat dibutuhkan untuk darah agar terhindar dari penyakit anemia.

4. Yodium: Perkembangan Mental dan Fisik

Anak juga membutuhkan kandungan yodium yang lebih banyak ditemukan pada sumber makanan hewani. Kekurangan yodium dapat menyebabkan kekurangan produksi hormon tiroid dan dapat memicu terganggunya perkembangan mental dan fisik anak. 

Oleh karena itu, penerapan diet vegetarian perlu disesuaikan dengan kebutuhan diri dan anak. Hal ini disebabkan kondisi dan tahap perkembangan setiap orang berbeda-beda. 

Salam sehat, bunda dan sisters!

***

Referensi:

CNN Indonesia. (2022, September 27). Dokter Soroti Bahaya Pola Makan Vegetarian pada Anak. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210401132252-255-624897/dokter-soroti-bahaya-pola-makan-vegetarian-pada-anak

Penulis: Ayu Nabilah
Editor: Sucia Ramadhani