Anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0–6 tahun, sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1. Pada usia ini, anak-anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan sering pula dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Oleh karena itu, anak-anak membutuhkan banyak stimulus untuk mengembangkan aspek perkembangan mereka seperti nilai-nilai agama dan moral, motorik fisik, bahasa, kognitif, emosional, dan seni. Adapun yang termasuk aspek perkembangan kognitif yaitu pengetahuan umum, ilmu pengetahuan, konsep bentuk, warna, ukuran, pola, dan matematika.
Seperti yang kita tahu, matematika merupakan ilmu yang erat kaitannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun, berbicara tentang matematika, yang terlintas ketika mendengar kata tersebut: rumit, susah dan berbagai perspektif lainnya. Bagaimana, nih, menurut Ibu dan Sister? Matematika tentu perlu diajarkan di sekolah, bahkan sejak prasekolah, sesuai dengan tingkat berpikir anak. Penguasaan anak pada matematika bisa menjadi parameter keberhasilan anak di bidang lain, seperti yang dikemukakan oleh Nurhazizah, ”Kemampuan matematis anak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.” Tagle menyatakan, ”At an early age, children have natural love mathematics.”
Wah, menarik, ya, Ibu dan Sister. Seperti yang disebutkan oleh Tagle, pada dasarnya anak suka dengan matematika, sehingga untuk pengajaran matematika sendiri dapat dilakukan sejak anak usia dini. Tentunya para Ibu dan Sister sekalian bisa menyesuaikan pembelajarannya sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Research on children’s learning in the first six years of life demonstrates the importance of early experiences in mathematics. An engaging and encouraging climate for children’s early encounters with mathematics develops their confidence in their ability to understand and use mathematics. These positive experiences help children to develop dispositions such as curiosity, imagination, flexibility, inventiveness, and persistence, which contribute to their future success in and out of school (Clements & Conference Working Group, 2004).
Pembelajaran matematika untuk anak usia dini diperoleh melalui pengalaman langsung dengan suasana yang menggembirakan dan bermakna sehingga mampu menumbuhkan minat anak untuk belajar matematika. Pembelajaran harus dirancang sebaik mungkin sehingga pembelajaran matematika menjadi pengetahuan yang disukai dan menarik dapat tercapai. Bermain, mendongeng, dan praktik langsung dapat menjadi alternatif untuk mengajarkan matematika pada anak usia dini, karena dengan begitu anak dapat belajar banyak hal tanpa merasa terbebani dan tidak mudah jenuh. Selain itu, matematika hendaknya disajikan dengan menggunakan alat bantu berupa objek nyata ataupun gambar untuk menarik minat anak dalam belajar.
Ada beberapa cara sederhana untuk mengajarkan matematika pada anak yang mungkin Ibu dan Sister dapat coba di rumah, yaitu:
- Dimulai dari berhitung
Ibu dan Sister bisa memulai mengajarkan matematika pada anak dengan memulai mengenalkan angka pada mereka. Tentunya, dengan cara-cara menarik yang membuat anak termotivasi dan mulai menyukai matematika.
- Menggunakan benda yang ada di sekitar
Ibu dan sister bisa menggunakan benda di sekitar untuk mulai mnegajarkan matematika kepada anak. Misalnya, kancing, uang, buku, buah, mainan, dan lain-lain. Mengajarkan matematika akan lebih mudah ketika menggunakan benda fisik yang dapat dilihat dan disentuh langsung oleh anak.
- Kenalkan matematika sebagai permainan
Saat ini banyak sekali berbagai macam permainan anak yang dijual untuk membantu ibu dan sister mengajarkan matematika pada anak. Ibu dan sister bisa memilah dan memilih mana permainan yang sesuai untuk tumbuh kembang anak. Bahkan tanpa disadari, beberapa permainan matematika terbaik biasanya datang dari imajinasi ibu dan sister sendiri, lo.
- Mengaplikasikan matematika dalam keseharian
Bantu anak-anak kita mendapatkan hasil yang maksimal dari pembelajaran matematika dengan cara mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya, dengan sambil menetapkan tujuan yang dapat dicapai oleh anak. Contoh sederhananya, mengajak anak menghitung jumlah buah yang ada di hadapannya. Dengan menunjukkan kepada anak betapa menyenangkannya matematika, mereka pun nantinya akan menikmati proses tersebut dengan antusias.
***
Referensi:
Apryl, Duncan. (2019). 7 Simple Strategies for Teaching Math to Kids. Diakses dari https://www.thoughtco.com/strategies-for-teaching-math-to-kids-3128859
Mathematics in Early Childhood Learning. Diakses dari https://www.nctm.org/Standards-and-Positions/Position-Statements/Mathematics-in-Early-Childhood-Learning/
Musrikah. (2017). Pengajaran Matematika Pada Anak Usia Dini. Martabat : Jurnal Perempuan dan Anak Vol.1, No1. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/276689-pengajaran-matematika-pada-anak-usia-din-d2183e76.pdf
Rusdawati. (2019). The Early Childhood Mathematics Learning. International Conference of Early Childhood Education. Journal Advances in Social Science, Education and Humanities Research Volume 449. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/343168924_The_Early_Childhood_Mathematics_Learning
Sa’ida, Naili dan Kurniawati, Tri. (2020). Proceding Universitas Muhammadiyah Surabaya International Webinar On Education 2020. Introduction of early childhood mathematics through online learning (e-learning) during the covid-19 pandemic period. Diakses dari http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Pro/article/view/5987
Penulis: Putri Rahayu
Desainer/Illustrator: Rifki Aviani
Editor: Fadlillah Octa