Berbicara tentang perempuan pembelajar, maka jatuh hatilah saya pada kisah Roehana Koeddoes. Jurnalis perempuan pertama Indonesia kelahiran Koto Gadang, Sumatera Barat. Meskipun gaungnya sebagai pahlawan nasional baru diresmikan tahun 2019, perempuan kelahiran 20 Desember 1884 ini adalah tokoh yang jejaknya melampaui zaman.
Beberapa hal tentang Roehana Koeddoes:
- Roehana Koeddoes sebagai suluh literasi di mana pun dia berada.
Lahir di keluarga yang tumbuh dengan literasi yang kuat, Roehana kecil mendapatkan pengaruh intelektual yang besar dari sang ayah, Rasjad. Ayahnya sengaja membeli koran dan buku, bahkan dari Singapura. Meskipun Roehana tak pernah sekolah formal, pendidikan Roehana banyak disumbang dari ayahnya. Saat ayah Roehana pindah ke Alahan Panjang, ia bertetangga dengan atasannya yang seorang pejabat Belanda. Siapa sangka, Roehana dapat kesempatan belajar menyulam, menjahit, merenda, dan merajut dari istri pejabat Belanda tersebut.
Roehana hidup berpindah-pindah karena pekerjaan ayahnya sebagai jaksa. Ketika pindah ke Simpang Tonang Talu, Roehana selalu membaca lantang di tempat umum atau teras rumah. Kebiasaan remajanya ini awalnya dianggap aneh, tapi lama-kelamaan menarik perhatian tetangga. Inilah awal di mana Roehana kecil, 8 tahun, mulai memiliki murid dengan pelajaran membaca dan menulis di teras rumahnya.
- Roehana adalah pendiri sekolah perempuan pertama di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, selain anak-anak, banyak ibu-ibu muda mulai ikut sekolah. Kemudian, Roehana menambah mata pelajaran berupa keterampilan merajut, menyulam, dan menganyam. Tiga tahun setelah menikah, tahun 1911, Roehana dengan dukungan suaminya, yang juga seorang aktivis dan wartawan, mendirikan sekolah khusus untuk perempuan dengan nama Kerajinan Amai Setia.
Siapa sangka hasil karya sekolah KAS dianggap memiliki nilai sehingga dilirik istri Belanda untuk masuk pasar ekspor. Pada tahun 1913, salah satu anak KAS terjaring dalam Internationale Tentoonstelling di Brussel, ajang internasional untuk kerajinan rakyat. Di sinilah kemandirian ekonomi berbasis perempuan juga mulai tumbuh.
- Pendiri surat kabar khusus perempuan pertama di Indonesia.
Di sela kegiatannya mengajar, Roehana masih meluangkan waktunya untuk menulis. Roehana percaya jika perubahan bisa dimulai dari pikiran, sebagaimana ia tumbuh dengan pemikiran yang jauh dari perempuan kebanyakan dimulai dari membaca. Roehana merasa tulisannya harus bermanfaat secara luas, ia bermaksud mengirimkan tulisannya ke surat kabar. Roehana bekerja sama dengan Zubaidah Ratna Juwita, anak pemimpin redaksi majalah Oetoesan Melajoe.
Dari sana lahir surat kabar yang semua pengelola dan penulis diisi oleh perempuan, yaitu Soenting Melajoe. Soenting berarti perempuan dan Melajoe artinya tanah Melayu. Diharapkan surat kabar ini dapat dibaca seluruh perempuan di tanah Melayu. Tak disangka, kepopulerannya membuat korespondensinya sampai menyentuh perempuan Betawi dan Jawa.
- Perempuan yang melampaui zaman.
Hidup Roehana tak sesederhana cerita sejarahnya. Pertentangan bahkan datang dari kaumnya sendiri dihadapi, karena dianggap menyalahi adat dan kodrat sebagai perempuan. Bahkan, Roehana pernah dilengserkan dari KAS, sekolah yang dibesarkannya.
Sama seperti masa kecilnya, Roehana dan suami juga hidup berpindah-pindah. Selama perpindahan itu, Roehana mengajar berbagai sekolah. Roehana tetap aktif menulis untuk Soenting Melajoe dan kontributor surat kabar lain. Salah satunya surat kabar Perempuan Bergerak yang saat itu berhasil berjejaring dengan Europeesche Vrouwen en Jav Forum (Forum Istri-Istri dan Wanita (lajang) Eropa) untuk memberitakan kabar dan arus pergerakan feminisme di Eropa.
Jika Kartini adalah sosok dengan kesusastraan yang tinggi serta pemikiran mendalam dari surat-surat yang dikirimkan kepada sahabatnya. Roehana Koeddoes adalah sosok dengan pemikiran tajam dan progresif. Roehana tak cuma mengajarkan tapi juga menyebarkan. Tulisannya tak hanya tentang masalah perempuan tapi juga tentang isu-isu kritis dan hal-hal progresif. Gagasannya berisi hal-hal yang melampaui zaman. Karyanya mengangkat derajat dan membuka sekian banyak pergerakan lainnya. Maka tak heran jika Roehana sering dianggap selangkah lebih maju daripada Kartini. Jejak sekolah KAS bahkan masih ada hingga saat ini meskipun telah mengalami perubahan bentuk.
***
Referensi:
Perempuan Indonesia Bergerak. Pahlawan Nasional. Diakses dari https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1374/perempuan-indonesia-bergerak
Arif. 2020. Melampaui Kartini (3) : Roehana Koeddoes, Suluh Kaum Perempuan Indonesia. Diakses dari: https://ibtimes.id/melampaui-kartini-3-roehana-koeddoes-suluh-kaum-perempuan-indonesia/
Zuhra. 2021. Sejarah Roehana Koeddoes Mendidik Rakyat Lewat Sekolah dan Pers. Diakses dari: https://tirto.id/sejarah-roehana-koeddoes-mendidik-rakyat-lewat-sekolah-dan-pers-b3jw
Penulis: Anisatun Nikmah
Desainer: Nur Fauziah
Editor: Nur Fauziah