Sebagai wanita, Ibu mungkin sudah terbiasa dengan task-switching atau mengerjakan hal berbeda secara bergantian dalam satu waktu. Contohnya saat Ibu menyelesaikan pekerjaan kantor sembari memikirkan weekly menu untuk minggu depan dan mengingat-ingat bahan makanan yang habis dan perlu dicatat di dalam daftar belanja minggu ini.
Aktivitas task-switching ini menambah beban kerja otak sehingga otak memerlukan lebih banyak energi. Tidak heran jika Ibu seringkali merasa lelah meski sudah beristirahat dengan waktu yang cukup. Salah satu kegiatan healing yang dapat membantu meringankan beban kerja otak adalah dengan menulis jurnal.
Menulis jurnal atau journaling adalah suatu kegiatan rutin menjabarkan hal-hal yang dipikirkan dan dirasakan secara sistematis. Journaling bisa dimulai sesederhana menulis di buku catatan atau menggunakan aplikasi di laptop atau smartphone Ibu.
Selain mengurangi kepenatan di kepala, ada banyak tujuan journaling, seperti untuk mengabadikan pengalaman dan perasaan, hingga untuk menerapkan kesadaran penuh atau mindfulness.
Manfaat dari journaling pun tidak kalah banyaknya, terutama bagi pengembangan diri dan kesehatan mental. Journaling membantu mengurai pikiran menjadi runut dan terorganisir ke dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan inilah yang kemudian akan membantu dalam proses mengenal diri sendiri hingga menemukan aspirasi diri. Selain itu, journaling juga membantu dalam mempertimbangkan dan menentukan langkah selanjutnya dalam kehidupan.
Dari sisi kesehatan mental, journaling berperan sebagai wadah yang menampung keluh-kesah, keraguan, dan ketakutan dalam diri. Journaling membantu mengelola emosi secara sehat. Ketika kita mengurai dan memindahkan berbagai pemikiran dan emosi tersebut dari kepala ke dalam bentuk tulisan, maka kita akan merasa lega.
Berikut adalah beberapa jenis journaling yang dapat dicoba:
1. Daily Journal
Jurnal harian yang berisikan hal-hal yang dilakukan atau pengalaman yang dirasakan hari itu. Umumnya jurnal harian juga berisikan to-do list, sehingga jurnal ini cocok jika kita ingin mengingat suatu momen secara rinci.
2. Atomic Journal
Atom adalah unsur terkecil yang membentuk senyawa. Seperti namanya, atomic journal mengajak kita menulis satu kalimat sederhana untuk mendeskripsikan perasaan dan pengalaman hari itu. Meski terdengar sulit, namun atomic journal bisa memantik Ibu untuk memperkaya kosa kata.
3. Gratitude Journal
Cara sederhana untuk memulai gratitude journal adalah dengan menuliskan 5-10 hal yang disyukuri setiap harinya. Mulai dari hal-hal besar, seperti sembuh dari sakit, dan berhasil mendapat pekerjaan baru, hingga hal-hal sederhana namun membuat hati terasa hangat, seperti menempuh perjalanan tanpa terjebak kemacetan, dan pelukan ekstra dari anak-anak. Gratitude journal melatih optimisme dan kemampuan bersyukur Ibu dalam menjalani kehidupan.
4. Visual Journal
Jika Ibu menyukai hal-hal yang bersifat artistik, maka Ibu bisa mencoba membuat visual journal. Visual journal berisikan satu foto atau gambar setiap harinya. Ibu bisa memotret diri sendiri, keluarga, pemandangan, atau aktivitas yang Ibu lakukan hari itu. Jika dilakukan dengan rutin, pada akhir tahun Ibu bisa memiliki kaleidoskop sendiri.
5. Bullet Journal
Bullet Journal atau BuJo merupakan metode journaling yang diciptakan oleh Ryder Carroll dan menekankan pada intensi penulisnya. Secara umum, BuJo berisikan future log untuk mencatat aspirasi atau tujuan, monthly planner untuk mencatat deadline dan goals jangka pendek, serta daily log untuk mencatat aktivitas harian. Namun Ibu juga bisa menambahkan kategori lain sesuai kebutuhan. Berbeda dari jenis journaling lainnya, BuJo biasanya menggunakan jurnal yang halamannya menggunakan titik-titik. Ini karena kita akan mengatur, menggaris, bahkan menggambar sendiri jurnal tersebut sesuai preferensi atau intensi kita.
Wajar jika journaling menjadi salah satu kegiatan yang populer. Selain menyenangkan, journaling juga hemat waktu dan biaya, serta memiliki banyak manfaat, terutama dalam mengorganisir kehidupan.
Untuk mendapatkan manfaatnya, jadikan journaling sebagai suatu kebiasaan atau rutinitas Ibu. Sebelum mengakhiri hari, dedikasikan beberapa menit waktu Ibu untuk menulis. Jika Ibu merasa bingung atau canggung, ingatlah bahwa tidak ada peraturan saklek dalam journaling, sehingga Ibu tidak perlu takut salah.
Jadi metode journaling mana yang ingin Ibu coba?
***
Referensi:
Hirsch, P. ,Koch, I., et al. (2019, 14 Agustus). Putting a stereotype to the test: The case of gender differences in multitasking costs in task-switching and dual-task situations. Diakses dari https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0220150
Murray, B. (2002, Juni). Writing to heal. Monitor on Psychology, 33, (6). https://www.apa.org/monitor/jun02/writing
Phelan, H. (2018, 25 Oktober). What’s All This About Journaling?. Diakses dari https://www.nytimes.com/2018/10/25/style/journaling-benefits.html
Tartakovsky, M. (2022, 22 Februari). 6 Journaling Benefits and How to Start Right Now. Diakses dari https://www.healthline.com/health/benefits-of-journaling#how-to-start
Penulis: Yoanda Pragita
Desainer/Illustrator: Rifki Aviani
Editor: Sucia Ramadhani