Uncategorized

7 Tips Penting untuk Kembali Bekerja Setelah Cuti Melahirkan

Kembali ke dunia kerja setelah cuti melahirkan adalah momen penting yang dihadapi oleh banyak ibu. Transisi ini seringkali diiringi dengan berbagai tantangan yang kompleks. Mulai dari kebingungan membagi waktu antara pekerjaan dan peran baru sebagai ibu, hingga dilema menjaga keseimbangan emosional dan fisik. Dilansir dari Harvard Business Review, Denise Rousseau, seorang professor perilaku organisasi dan kebijakan publik Universitas Carnegie Mellon menyatakan momen transisi dengan peran baru sebagai Ibu adalah momen penyesuaian fisik dan psikologis yang intens. Dalam menghadapi perjalanan ini, seorang Ibu membutuhkan bantuan dan dukungan yang luar biasa dari sekelilingnya. 

Maka, artikel ini menghadirkan beberapa langkah yang dapat dilakukan, khususnya untuk Busist yang sedang menghadapi momen ini. 

  1. Memperbanyak doa. 

Pondasi awal agar diberi kewarasan adalah dengan mendekatkan diri dengan yang memiliki hati. Betul atau betul, Busist? Doa bukan hanya menjadi sumber kekuatan spiritual, tetapi juga dapat memberikan ketenangan batin dalam menghadapi perubahan besar ini. Sebuah doa yang tulus dan konsisten dapat membantu Busist menemukan kedamaian dalam diri sendiri. Dalam melewati momen transisi, mungkin akan banyak gejolak emosi yang tak terkontrol. Setidaknya itu juga yang pernah secara pribadi saya alami. Namun, selagi masih berpegang dengan kekuatan dan kedekatan dengan yang Maha Pencipta, seharusnya semua tantangan tak lagi terasa sulit kan, Busist? Semangat!

  1. Berkomunikasi dengan suami untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan. 

Dukungan pasangan merupakan landasan penting dan utama dalam menyeimbangkan tugas sebagai ibu dan tuntutan pekerjaan. Komunikasi terbuka dan jujur antara suami dan istri akan membantu menciptakan kerjasama yang solid dalam menghadapi tantangan bersama. Sebisa mungkin, tetaplah intens dalam mengungkapkan kegelisahan hati kepada pasangan. Selain untuk mendapatkan bantuan, perasaan pun juga akan lebih lega saat semua keluh kesah telah tersalurkan.

  1. Mempersiapkan support system yang matang. 

Setidaknya satu bulan sebelum Busist kembali bekerja, mulailah untuk mencari jasa pengasuhan anak baik dalam bentuk asisten atau daycare.  Hal ini dapat dilakukan dengan riset daycare atau pengasuh yang terpercaya. Persiapkan juga beberapa pendukung lain seperti pemasangan CCTV untuk memantau kondisi anak, persiapan kebutuhan bayi seperti ASI pump, serta membuat jadwal makan atau bermain yang dapat kita sampaikan ke support system. Dengan memastikan anak dalam perawatan yang baik, Busist dapat fokus pada pekerjaan tanpa kekhawatiran yang berlebihan.

  1. Bangun kepercayaan dengan orang-orang yang terlibat dalam pengasuhan anak. 

Tak hanya menyiapkan fasilitasnya, kita sebagai Ibu pun harus mulai belajar untuk percaya dan membangun hubungan baik dengan mereka yang kita beri kepercayaan. Kepercayaan dan komunikasi yang baik dengan pengasuh, anggota keluarga, atau daycare akan memberikan rasa nyaman dan keyakinan bahwa anak dalam perawatan yang aman dan terjaga. Jika memang merasa ada kendala atau hambatan di tengah jalan, segera komunikasikan dan temukan solusinya. Buat rencana cadangan jika nyatanya pengasuh atau daycare yang kita pilih tidak sesuai dengan harapannya. 

  1. Membangun komunikasi yang baik dengan atasan dan rekan kerja sejak sebelum bekerja kembali

Setidaknya satu minggu sebelum mulai bekerja, bangunlah komunikasi dengan atasan dan rekan kerja. Berkomunikasi sejak awal akan membantu mempersiapkan diri dengan lebih baik. Khususnya dalam menyesuaikan kembali dengan lingkungan kerja, serta memastikan pekerjaan yang diberikan sesuai dengan ekspektasi kita. Terlebih kondisi kita sudah berbeda dengan yang sebelumnya, tentu akan banyak penyesuaian yang perlu dikomunikasikan. Seperti harus izin memompa ASI disela-sela jam kerja atau menjenguk anak di daycare, dan lain sebagainya. 

  1. Jangan terlalu keras pada diri sendiri dalam proses transisi ini. 

Busist perlu memahami bahwa perubahan memerlukan waktu. Maka, dalam hal ini Busist perlu memberi diri waktu untuk beradaptasi dengan jadwal baru, menyesuaikan diri dengan tugas-tugas baru, dan tidak terlalu menekan diri sendiri untuk langsung berperforma maksimal. Tidak ada Ibu yang langsung bisa menyesuaikan diri dengan optimal, tapi setidaknya kita tetap berupaya untuk menjadi Ibu yang terbaik. Maka, percayalah, Bu, tanpa kita meminta pun sejatinya kita telah menjadi Ibu yang sempurna di mata anak-anak kita. 

  1. Tentukan batasan prioritas dan waktu yang jelas antara pekerjaan dan urusan rumah.

Menetapkan batasan yang jelas akan membantu menjaga keseimbangan antara kebutuhan pekerjaan dan keluarga. Dengan memprioritaskan waktu dan tugas dengan bijak, Busist dapat mengelola peran ganda tersebut dengan lebih efektif dan meraih keseimbangan yang sehat antara kehidupan pribadi dan profesional. Dengan kesadaran, komunikasi yang baik, dan perencanaan yang matang, kembali bekerja setelah cuti melahirkan dapat menjadi fase yang produktif dan bermakna. 

Referensi: 

Kembali Bekerja Secara Maksimal Setelah Cuti Melahirkan. ITB Career Center. Diakses pada 2 Desember 2024 melalui https://karir.itb.ac.id/career-tips/read/1161

Arina Yulistara. (2023, 19 Juni). 7 Hal yang Perlu Dipersiapkan Bunda Sebelum Kembali Bekerja Usai Melahirkan. Diakses pada 1 Desember 2023 melalui https://www.haibunda.com/moms-life/20230616045113-76-308067/7-hal-yang-perlu-dipersiapkan-bunda-sebelum-kembali-bekerja-usai-melahirkan

Penulis: Vianida Hardiningsih

Ilustrator: Anggita G. Putri

Editor: Elfita Rahma Aulia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *