Uncategorized

Quality Time vs Quantity Time

Keseimbangan antara quality time dan quantity time dalam keluarga seringkali menjadi tantangan yang kompleks. Quality time menekankan pada momen berkualitas yang penuh makna dan mendalam, sementara quantity time menyoroti keberadaan fisik secara kuantitatif tanpa selalu menjamin kedalaman interaksi. Dalam dinamika kehidupan modern, banyak orang yang cenderung merasa terjebak dalam kebingungan untuk memprioritaskan kuantitas atau kualitas dalam waktunya. Terutama untuk menghabiskan waktu dengan keluarga dan memenuhi kebutuhan interaksi sehari-hari. Apakah Busist salah satu yang mengalaminya? 

Dalam konteks kebersamaan dengan keluarga, quality time mengacu pada waktu yang dihabiskan bersama dengan penuh kesadaran dan kedalaman emosional. Melalui quality time, anggota keluarga dapat merasa saling terhubung, saling mendukung, dan mempererat ikatan emosional. Contohnya adalah dengan berbagi cerita atau sekadar duduk menikmati waktu secara penuh. Di sisi lain, quantity time lebih menekankan pada keberadaan fisik dalam hitungan kuantitatif. Meskipun konteksnya mungkin tidak selalu intens atau mendalam, tetapi waktu ini memberi momen untuk hadir secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran fisik yang terus-menerus ini dapat memberi rasa keamanan dan keterhubungan yang konstan bagi anggota keluarga.

Dr. John DeFrain, seorang Profesor Emeritus di bidang Family Studies di University of Nebraska – Lincoln, bersama rekan-rekannya mendefinisikan kekuatan sebagai atribut positif yang menjadi dasar bagi sebuah keluarga dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan kehidupan. Dalam hasil penelitian mereka, ditemukan bahwa struktur keluarga tentu bervariasi di berbagai negara. Faktor lingkungan tempat keluarga tinggal juga beragam dari kota hingga desa. Meskipun demikian, Tim Peneliti menemukan pola kekuatan keluarga yang serupa terkait bagaimana memahami kondisi keluarga (Olson & DeFrain, 2006). Sejatinya, tidak ada keluarga yang sempurna. Namun, dengan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan, kita dapat mengupayakan yang terbaik untuk menciptakan keseimbangan. Dalam menentukan prioritas, pertimbangkanlah berbagai aspek yang mempengaruhi keluarga. Misalnya, apakah ada anggota keluarga yang membutuhkan perhatian ekstra, adakah tugas rumah tangga yang mendesak, atau apakah ada komitmen lain yang harus dipenuhi. 

Untuk mengatasi dilema ini, akhirnya penting untuk menemukan strategi yang optimal. Dalam meningkatkan quantity time, beberapa langkah berikut dapat dilakukan. Pertama, rencanakan jadwal rutin untuk melakukan sesuatu bersama, setiap harinya. Jika Busist adalah Ibu pekerja, momen golden hour, waktu bangun tidur dan sebelum tidur, adalah masa terbaik untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan anak dan pasangan. Kedua, kurangi kesibukan yang tidak perlu dan menggunakan waktu senggang di rumah bersama yang tercinta. Ketiga, manfaatkan momen sederhana bersama seperti sarapan atau makan malam bersama secara rutin. 

Sementara untuk meningkatkan quality time, langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan adalah dengan menjadi lebih sadar akan kehadiran dan interaksi. Being mindfulness adalah kunci utama untuk menjadikan waktu menjadi berkualitas untuk keluarga. Dalam hal ini, hadir secara fisik tidak menjamin adanya kualitas jika masih sarat dengan distraksi. Maka, berikan niat yang tulus dan penuh kasih dalam setiap momen dan jauhkan hal yang mengganggu seperti gadget atau hal lain. Selanjutnya, merencanakan aktivitas yang melibatkan semua anggota keluarga adalah hal rutin yang dapat dilakukan setiap minggunya dengan menjalin komunikasi yang sarat akan makna dalam prosesnya. 

Terakhir, penting untuk mengenali bahwa keseimbangan antara quality time dan quantity time adalah proses yang berkelanjutan. Berikan diri kita kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan menyesuaikan diri dengan dinamika keluarga yang terus berubah. Dengan kesadaran, komunikasi yang baik, dan komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga, keseimbangan antara quality time dan quantity time akan membawa dampak positif.

Referensi:

Pia Christensen. 2002. Why More ‘Quality Time’ Is Not on the Top of Children’s Lists: The ‘Qualities of Time’ for Children. Children & Society 16(2):77 – 88 DOI:10.1002/chi.709

Hanlie Muliani, M. Psi, Psi. 2022. Membangun Keluarga Kuat. Diakses pada 7 Desember 2024 melalui https://soa-edu.com/membangun-keluarga-kuat/ 

Ibu bekerja, Bagaimana Quality Time dengan Anak?. Redaksi Halodoc.com. Diakses pada 7 Desember 2024 melalui https://www.halodoc.com/artikel/ibu-bekerja-bagaimana-quality-time-dengan-anak?srsltid=AfmBOoraXd7CDsGZKedaYXBFq6o__W5l6qBGdI8T6Yu31kGKzn6SEF_7

Penulis: Vianida Hardiningsih

Ilustrator: Anggita G. Putri

Editor: Elfita Rahma Aulia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *