2
Keluarga

Semakin Dekat dengan Bahasa Cinta

Suatu ketika Bapak A pulang ke rumah dengan membawa banyak bingkisan, ia pun menyapa Ibu X, istrinya. Setelah itu Bapak A pergi istirahat karena lelah seharian bekerja. Ibu X hanya tersenyum hambar melihat tumpukan bingkisan itu setelah melayani suaminya yang pulang bekerja. Ternyata ia “sudah bosan” dengan kebiasaan suaminya yang pulang bekerja pasti langsung beristirahat, tanpa memeluk, ataupun menciumnya terlebih dahulu.

Di sudut rumah lain, Bapak B sedang kecewa karena ia menyadari jika istrinya melupakan hari ulang tahunnya dua hari yang lalu. Biasanya Ibu Y memberikan kejutan untuknya ditambah sebuah hadiah tepat di hari ulang tahun suaminya. Perasaan Bapak B semakin menumpuk karena sudah dua kali hari ulang tahunnya terlupakan. Bapak B menduga istrinya semakin sibuk dalam 2 tahun ini menjadi penyebabnya. Bapak B merasa hubungannya dengan Sang Istri semakin hambar.

Ya, Ibu X memiliki bahasa cinta berupa sentuhan dan Bapak B memiliki bahasa cinta berupa hadiah atau apresiasi. Ternyata tidak semudah itu menyadari bahasa cinta pasangan. Bahkan terkadang diri kita pun masih belum tahu atau merasa bingung dengan bahasa cinta diri sendiri. 

Bahasa cinta atau yang biasa dikenal dengan istilah Love Language merupakan “bahasa favorit” seseorang dalam menggambarkan atau mengekspresikan kasih sayang kepada orang lain. Biasanya bahasa cinta ini menjadi andalan ekspresi seseorang untuk menyatakan bahwa ia menyayangi orang tersebut. Serta menjadi ekspresi yang disenangi seseorang untuk diperlakukan oleh orang yang disayanginya. 

Menurut Gary Chapman dalam bukunya berjudul The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate bahasa cinta dibagi menjadi 5 jenis, yaitu: 

1.    Words of affirmation (kata-kata afirmasi)

Seseorang dengan tipe bahasa cinta ini menyukai pujian atau kata-kata positif. Jadi, kalau Ibu tiba-tiba langsung good mood setelah dipuji cantiknya penampilan Ibu saat ini, berarti Ibu termasuk tipe bahasa cintanya words of affirmation nih!

2.    Acts of service (pelayanan)

Jika Ibu merasa semakin cinta dengan suami ketika suami membukakan pintu mobil atau ketika suami merapikan barang di kamar, berarti Ibu punya bahasa cinta acts of service. Ibu juga lebih senang menunjukan kasih sayang Ibu dengan menghidangkan makanan spesial untuk Pak Suami, atau dengan memberikan pijatan hangat untuk suami ketika pulang bekerja.

3.    Receiving gifts (menerima hadiah)

Nah, golongan dengan bahasa cinta receiving gifts akan merasa sangat dicintai ketika diberikan hadiah. Biasanya seseorang dengan golongan bahasa cinta ini akan sangat menghargai setiap hadiah karena makna pemberiannya. Bahkan, orang dengan bahasa cinta ini bisa dengan senang hati menyimpan hadiah-hadiah yang diterimanya karena menurutnya hadiah tersebut adalah bukti cinta seseorang kepadanya.

4.    Quality time (waktu bersama berkualitas)

“Cukup kamu selalu ada untukku,” mungkin bisa menjadi kalimat yang menggambarkan definisi cinta bagi mereka yang memiliki bahasa cinta quality time. Bagi mereka yang memiliki bahasa cinta ini, waktu bersama dengan orang yang disayanginya sangatlah berharga. Serta menunjukkan kasih sayang seseorang kepada orang lain dengan bahasa cinta ini.

5. Physical touch (sentuhan)

Dipeluk, dielus-elus, bahkan bergandeng tangan ketika menyeberang bisa menjadi bentuk cinta bagi seseorang dengan bahasa cinta physical touch. Karena berupa sentuhan, orang dengan bahasa cinta ini cenderung tidak bisa lama-lama jauh dari pasanganya. Siapa nih yang punya bahasa cinta physical touch, Ibu atau Suami?

Ternyata, mengenal bahasa cinta diri dan pasangan memiliki banyak manfaat loh Bu dalam sebuah hubungan! Diakses dari website Riliv, berikut adalah manfaat dari mengenal bahasa cinta:

1. Mengarahkan komunikasi ke arah yang lebih baik

2. Meningkatkan apresiasi terhadap pasangan

3. Memperkuat hubungan yang sedang dijalani

4. Mencegah berbagai masalah dalam hubungan 

5. Melanggengkan hubungan

Bagaimana? Apakah Ibu tertarik untuk mencari tahu bahasa cinta Ibu dan pasangan? Bisa dicoba melalui website di bawah ini ya: 

Versi bahasa Inggris 

Versi bahasa Indonesia 

***

Referensi:

Alodokter. (2022, 7 Oktober). Mengenal 5 Bahasa Cinta, Kamu yang Mana. Diakses dari https://www.alodokter.com/mengenal-5-bahasa-cinta-kamu-yang-mana 

Yahya, Uyo. (2022, 7 Oktober). 5 Manfaat Mengenal Bahasa Cinta, Hubungan Makin Langgeng. Diakses dari https://riliv.co/rilivstory/manfaat-mengenal-bahasa-cinta/ 

Penulis: Dea Assifa

Designer: Sri Mulyasari Aryana

Editor: Sucia Ramadhani

Roehana Koeddoes
Pengetahuan

Mengenal Roehana Koeddoes, Perempuan yang Melampaui Zaman

Berbicara tentang perempuan pembelajar, maka jatuh hatilah saya pada kisah Roehana Koeddoes. Jurnalis perempuan pertama Indonesia kelahiran Koto Gadang, Sumatera Barat. Meskipun gaungnya sebagai pahlawan nasional baru diresmikan tahun 2019, perempuan kelahiran 20 Desember 1884 ini adalah tokoh yang jejaknya melampaui zaman.

Beberapa hal tentang Roehana Koeddoes:

  1. Roehana Koeddoes sebagai suluh literasi di mana pun dia berada.

Lahir di keluarga yang tumbuh dengan literasi yang kuat, Roehana kecil mendapatkan pengaruh intelektual yang besar dari sang ayah, Rasjad. Ayahnya sengaja membeli koran dan buku, bahkan dari Singapura. Meskipun Roehana tak pernah sekolah formal, pendidikan Roehana banyak disumbang dari ayahnya. Saat ayah Roehana pindah ke Alahan Panjang, ia bertetangga dengan atasannya yang seorang pejabat Belanda. Siapa sangka, Roehana dapat kesempatan belajar menyulam, menjahit, merenda, dan merajut dari istri pejabat Belanda tersebut. 

Roehana hidup berpindah-pindah karena pekerjaan ayahnya sebagai jaksa. Ketika pindah ke Simpang Tonang Talu, Roehana selalu membaca lantang di tempat umum atau teras rumah. Kebiasaan remajanya ini awalnya dianggap aneh, tapi lama-kelamaan menarik perhatian tetangga. Inilah awal di mana Roehana kecil, 8 tahun, mulai memiliki murid dengan pelajaran membaca dan menulis di teras rumahnya. 

  1. Roehana adalah pendiri sekolah perempuan pertama di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, selain anak-anak, banyak ibu-ibu muda mulai ikut sekolah. Kemudian, Roehana menambah mata pelajaran berupa keterampilan merajut, menyulam, dan menganyam. Tiga tahun setelah menikah, tahun 1911, Roehana dengan dukungan suaminya, yang juga seorang aktivis dan wartawan, mendirikan sekolah khusus untuk perempuan dengan nama Kerajinan Amai Setia

Siapa sangka hasil karya sekolah KAS dianggap memiliki nilai sehingga dilirik istri Belanda untuk masuk pasar ekspor. Pada tahun 1913, salah satu anak KAS terjaring dalam Internationale Tentoonstelling di Brussel, ajang internasional untuk kerajinan rakyat. Di sinilah kemandirian ekonomi berbasis perempuan juga mulai tumbuh. 

  1. Pendiri surat kabar khusus perempuan pertama di Indonesia.

Di sela kegiatannya mengajar, Roehana masih meluangkan waktunya untuk menulis. Roehana percaya jika perubahan bisa dimulai dari pikiran, sebagaimana ia tumbuh dengan pemikiran yang jauh dari perempuan kebanyakan dimulai dari membaca. Roehana merasa tulisannya harus bermanfaat secara luas, ia bermaksud mengirimkan tulisannya ke surat kabar. Roehana bekerja sama dengan Zubaidah Ratna Juwita, anak pemimpin redaksi majalah Oetoesan Melajoe

Dari sana lahir surat kabar yang semua pengelola dan penulis diisi oleh perempuan, yaitu Soenting Melajoe. Soenting berarti perempuan dan Melajoe artinya tanah Melayu. Diharapkan surat kabar ini dapat dibaca seluruh perempuan di tanah Melayu. Tak disangka, kepopulerannya membuat korespondensinya sampai menyentuh perempuan Betawi dan Jawa.

  1. Perempuan yang melampaui zaman.

Hidup Roehana tak sesederhana cerita sejarahnya. Pertentangan bahkan datang dari kaumnya sendiri dihadapi, karena dianggap menyalahi adat dan kodrat sebagai perempuan. Bahkan, Roehana pernah dilengserkan dari KAS, sekolah yang dibesarkannya. 

Sama seperti masa kecilnya, Roehana dan suami juga hidup berpindah-pindah. Selama perpindahan itu, Roehana mengajar berbagai sekolah. Roehana tetap aktif menulis untuk Soenting Melajoe dan kontributor surat kabar lain. Salah satunya surat kabar Perempuan Bergerak yang saat itu berhasil berjejaring dengan Europeesche Vrouwen en Jav Forum (Forum Istri-Istri dan Wanita (lajang) Eropa) untuk memberitakan kabar dan arus pergerakan feminisme di Eropa. 

Jika Kartini adalah sosok dengan kesusastraan yang tinggi serta pemikiran mendalam dari surat-surat yang dikirimkan kepada sahabatnya. Roehana Koeddoes adalah sosok dengan pemikiran tajam dan progresif. Roehana tak cuma mengajarkan tapi juga menyebarkan. Tulisannya tak hanya tentang masalah perempuan tapi juga tentang isu-isu kritis dan hal-hal progresif. Gagasannya berisi hal-hal yang melampaui zaman. Karyanya mengangkat derajat dan membuka sekian banyak pergerakan lainnya. Maka tak heran jika Roehana sering dianggap selangkah lebih maju daripada Kartini. Jejak sekolah KAS bahkan masih ada hingga saat ini meskipun telah mengalami perubahan bentuk.

***

Referensi:

Perempuan Indonesia Bergerak. Pahlawan Nasional. Diakses dari https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1374/perempuan-indonesia-bergerak

Arif. 2020. Melampaui Kartini (3) : Roehana Koeddoes, Suluh Kaum Perempuan Indonesia. Diakses dari: https://ibtimes.id/melampaui-kartini-3-roehana-koeddoes-suluh-kaum-perempuan-indonesia/

Zuhra. 2021. Sejarah Roehana Koeddoes Mendidik Rakyat Lewat Sekolah dan Pers. Diakses dari: https://tirto.id/sejarah-roehana-koeddoes-mendidik-rakyat-lewat-sekolah-dan-pers-b3jw

Penulis: Anisatun Nikmah
Desainer: Nur Fauziah
Editor: Nur Fauziah

Fumio Sasaki
Resensi

Kebahagiaan di Balik Memiliki Lebih Sedikit ala Fumio Sasaki

Judul buku: Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Penulis: Fumio Sasaki
Tebal buku: 242 halaman
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2018

“Kebahagiaan bukanlah memiliki apa yang kita inginkan, melainkan menginginkan apa yang kita miliki.”

(Rabbi Hyman Schachtel)

Saat menulis buku ini, Fumio Sasaki adalah seorang pria lajang berusia 35 tahun yang tinggal di Tokyo, Jepang. Ia bekerja sebagai editor di sebuah penerbit. Dalam buku ini, ia menceritakan perjalanannya memaknai hidup dengan minimalisme.

Ia bercerita, sebagai manusia kita ingin bahagia. Jika dipikir-pikir, kita bekerja keras, belajar, berolahraga, mengasuh anak, melakukan hobi, dan semuanya karena kita mencari kebahagiaan. Energi yang mendorong kita adalah keinginan untuk bahagia. Sebelumnya, ia membeli banyak barang karena yakin bahwa segala sesuatu yang ia miliki akan meningkatkan harga diri dan tentunya memberikan hidup yang lebih bahagia. Tapi, mencoba membeli kebahagiaan hanya membuat kita senang untuk sementara waktu, kemudian tersesat saat hendak menemukan kebahagiaan sejati. Ketika menyadarinya, apartemennya sudah seperti kandang: penuh dengan barang dan benda-benda, dan membuatnya merasa semakin terbebani dan tidak bahagia. Menurutnya, rasa tidak bahagia bukan hanya akibat keturunan, trauma, atau hambatan karier. Rasa tidak bahagia timbul karena beban yang dibawa oleh semua barang-barang kita. 

Pertanyaan-pertanyaan memenuhi kepala Fumio Sasaki. Mengapa kita punya begitu banyak barang yang bukan merupakan kebutuhan kita? Apa tujuannya? Ia berpikir bahwa jawabannya cukup jelas: kita begitu ingin memperlihatkan seberapa berharga diri kita kepada orang lain. Lewat benda, kita menyampaikan kepada masyarakat bahwa kita punya nilai. Hal-hal tersebut membawanya mengenal minimalisme, yang kemudian ia terapkan dalam kehidupannya.

Buku ini terbagi ke dalam 5 bab. Bab 1 menjelaskan apa definisi minimalisme dan apa maknanya jika kita memilih menjalani gaya hidup ini. Pada bab 2, ia mengajak kita untuk mempertanyakan kembali kebiasaan dan keinginan yang kita miliki sebagai manusia dan arti di balik benda-benda milik kita. Bab 3 meliputi sejumlah aturan dasar dan teknik untuk mengurangi barang yang kita punya. Pada bab 4, Fumio Sasaki bercerita tentang perubahan yang dialaminya secara pribadi dalam proses menerapkan gaya hidup minimalis. Pada bab terakhir yaitu bab 5, ia menjelaskan mengapa semua perubahan tersebut membuatnya lebih bahagia serta apa saja yang dipelajarinya secara umum tentang kebahagiaan.

Berbeda dengan buku-buku lain tentang minimalisme yang pernah saya baca, saya menyukai buku minimalisme karya Fumio Sasaki ini karena bahasa yang digunakan sederhana. Selain itu, yang membuat buku ini semakin menarik adalah karena pada bagian awal buku ini dihiasi foto-foto dokumentasi hasil jepretan Fumio Sasaki yang dapat memberikan gambaran prosesnya menerapkan minimalisme. Petunjuk, aturan, dan kiat-kiat untuk mengurangi barang yang ada dalam buku ini juga dengan terstruktur dan reasonable. Jika Marie Kondo menulis buku tentang bagaimana mengorganisasi, mengatur, dan merapikan barang, buku Fumio Sasaki ini mengajak kita selevel lebih tinggi lagi dengan menerapkan minimalisme dalam kehidupan. Dituturkan dengan gaya bercerita, buku ini tidak berkesan menggurui. Buku ini pula yang berhasil mengantarkan saya pada kesadaran baru agar lebih berkesadaran dalam mengadopsi barang-barang masuk ke hidup saya. 

Buku self-improvement ini menurut saya cocok dibaca oleh siapa saja: orang-orang yang ingin mencari kebahagiaan dalam kesederhanaan, orang yang merasa kewalahan dengan segala barang dan benda-benda yang bertumpuk memenuhi kamar/ruangan/rumah, orang yang ingin menjalani hidup dengan lebih berkesadaran, atau orang yang sekadar ingin mengenal gaya hidup minimalisme ala orang Jepang.

***

Penulis: Dian Erika
Desainer: Sri Mulyasari Aryana
Editor: Fadlillah Octa

Read Aloud
Pengetahuan

Tips Membaca Nyaring yang Menyenangkan

“Children are made readers on the laps of the parents.” – Emilie Buchwald

Saat ini kesadaran untuk meningkatkan tingkat literasi anak sepertinya sudah semakin baik, terutama di kalangan orang tua milenial. Bisa dilihat dari semakin banyaknya pilihan buku bacaan untuk anak, baik dari dalam maupun luar negeri. Tidak hanya itu, gerakan membaca nyaring (read aloud) juga sudah masif di mana-mana.

Bicara tentang kegiatan membaca nyaring, ternyata banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh. Dari sisi bahasa, anak yang terbiasa dibacakan buku sejak dini ternyata memiliki rentang kosakata yang lebih banyak. Tidak hanya kosakata, kemampuan memahami teks juga akan lebih baik. Hal ini tentu saja memengaruhi kemampuan kognitifnya. Tidak heran jika anak yang terbiasa dibacakan buku sejak dini memiliki nilai akademis yang lebih tinggi di kemudian hari. 

Tidak hanya manfaat yang bisa diambil. Bagi anak-anak, ternyata kegiatan dibacakan buku dianggap sebagai hiburan atau hal yang menyenangkan. Penelitian di Australia menyebutkan, bahwa lebih dari dua pertiga anak menikmati saat mereka dibacakan buku, baik di rumah maupun di sekolah.

Hmm, berarti tidak semua anak senang dibacakan buku, ya?

Bukan, bukan. Anak-anak yang tidak senang dibacakan buku ternyata memiliki alasan sendiri. Alasan paling banyak, selain karena terganggu dengan murid lain jika dibacakan buku di sekolah, adalah karena pembaca buku tidak membacakan dengan menarik.

Wah, ternyata cara dibacakan buku dapat berpengaruh pada kesenangan anak, ya? Lalu, bagaimana caranya agar kita dapat membacakan buku dengan menarik?

  1. Beri kesempatan anak untuk menebak cerita. Dari judul buku atau gambarnya, ananda pasti senang menerka-nerka. Mengapa ada gambar itu? Mengapa judulnya demikian? Hal ini bisa memancing rasa ingin tahu anak tentang cerita apa yang akan dibacakan. Dengan menebak isi cerita, ia memiliki rasa ingin tahu apakah tebakannya benar atau tidak. Ini akan menumbuhkan rasa ingin tahu dan membuat sang anak tetap ingin dibacakan buku. 
  1. Mencari hubungan cerita dengan dunia si kecil. Sifat dasar manusia adalah selalu mencari keterhubungan. Anak-anak juga begitu. Cerita pada buku bisa saja berhubungan dengan kehidupan sang anak, lingkungan sekelilingnya, atau mungkin dengan buku lainnya. Mencari keterhubungan ini bisa dilakukan sebelum, saat, dan setelah membaca buku. Cara ini tidak hanya membuat kegiatan membaca jadi menarik, tetapi juga terasa lebih dekat bagi sang anak.
  1. Membaca dengan antusias. Cara paling mudah untuk membaca dengan antusias adalah dengan memilih buku yang menarik bagi pembaca dan yang dibacakan. Jika anak meminta dibacakan buku yang sama lagi dan lagi, itu artinya buku tersebut menarik bagi sang anak. Dengan buku itu, membaca pasti menyenangkan. Namun, bagaimana dengan buku baru? Jika ingin membacakan buku yang baru pertama kali dibacakan, Ibu bisa mulai dengan screening buku terlebih dahulu. Sehingga Ibu bisa melihat jalan cerita dan mengenal karakter di dalamnya. Setelah mengenal lebih dekat buku tersebut, pastinya Ibu bisa menyuarakan cerita dan karakter dengan lebih natural, menarik, dan antusias.
  1. Berdialog dengan sang anak. Membaca nyaring bukan kegiatan “Ibu membaca, anak mendengarkan.” Lebih dari itu, ada dialog yang mengalir antara pembaca dan pendengar. Supaya kegiatan ini berjalan menarik dan natural, pasti ada dialog yang berjalan, baik antara pembaca dan pendengar, maupun kepada buku itu sendiri. 

Ternyata, membacakan buku juga ada tekniknya, ya. Jika dibacakan dengan menarik, anak pasti akan ketagihan membaca. Hal ini tidak hanya membuat kegiatan membaca menjadi rutinitas favorit, tapi membuat ananda cinta pada kegiatan tersebut. Seperti yang Emilie Buchwald katakan, “Anak-anak cinta membaca berawal dari pangkuan orang tuanya sendiri.”

***

Referensi:

Ledger, S., & Merga, M.K. (2018). Reading Aloud: Children’s Attitude toward being Read to at Home and at School. Australian Journal of Teacher Education. Diakses dari https://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/40657/1/Childrens%20Attitude%20toward%20Reading%20Aloud.pdf

McGee, L.M., & Schickedanz, J. (2007). Repeated Interactive Read-Alouds in Preschool and Kindergarten. The Reading Teacher: Wiley Online Library. Diakses dari https://cpin.us/sites/default/files/docs/Repeated%20Interactive%20Read-Alouds%20in%20Preschool%20and%20Kindergarten%20_%20Reading%20Rockets.pdf

Penulis: Detta Devia Rahmayani
Desainer/Illustrator: Rifki Aviani
Editor: Fadlillah Octa

Mengajarkan Matematika LBI
Pengetahuan

Mengajarkan Matematika untuk Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0–6 tahun, sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1. Pada usia ini, anak-anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan sering pula dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Oleh karena itu, anak-anak membutuhkan banyak stimulus untuk mengembangkan aspek perkembangan mereka seperti nilai-nilai agama dan moral, motorik fisik, bahasa, kognitif, emosional, dan seni. Adapun yang termasuk aspek perkembangan kognitif yaitu pengetahuan umum, ilmu pengetahuan, konsep bentuk, warna, ukuran, pola, dan matematika.

Seperti yang kita tahu, matematika merupakan ilmu yang erat kaitannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun, berbicara tentang matematika, yang terlintas ketika mendengar kata tersebut: rumit, susah dan berbagai perspektif lainnya. Bagaimana, nih, menurut Ibu dan Sister? Matematika tentu perlu diajarkan di sekolah, bahkan sejak prasekolah, sesuai dengan tingkat berpikir anak. Penguasaan anak pada matematika bisa menjadi parameter keberhasilan anak di bidang lain, seperti yang dikemukakan oleh Nurhazizah, ”Kemampuan matematis anak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.” Tagle menyatakan, ”At an early age, children have natural love mathematics.”

Wah, menarik, ya, Ibu dan Sister. Seperti yang disebutkan oleh Tagle, pada dasarnya anak suka dengan matematika, sehingga untuk pengajaran matematika sendiri dapat dilakukan sejak anak usia dini. Tentunya para Ibu dan Sister sekalian bisa menyesuaikan pembelajarannya sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Research on children’s learning in the first six years of life demonstrates the importance of early experiences in mathematics. An engaging and encouraging climate for children’s early encounters with mathematics develops their confidence in their ability to understand and use mathematics. These positive experiences help children to develop dispositions such as curiosity, imagination, flexibility, inventiveness, and persistence, which contribute to their future success in and out of school (Clements & Conference Working Group, 2004).

Pembelajaran matematika untuk anak usia dini diperoleh melalui pengalaman langsung dengan suasana yang menggembirakan dan bermakna sehingga mampu menumbuhkan minat anak untuk belajar matematika. Pembelajaran harus dirancang sebaik mungkin sehingga pembelajaran matematika menjadi pengetahuan yang disukai dan menarik dapat tercapai. Bermain, mendongeng, dan praktik langsung dapat menjadi alternatif untuk mengajarkan matematika pada anak usia dini, karena dengan begitu anak dapat belajar banyak hal tanpa merasa terbebani dan tidak mudah jenuh. Selain itu, matematika hendaknya disajikan dengan menggunakan alat bantu berupa objek nyata ataupun gambar untuk menarik minat anak dalam belajar.

Ada beberapa cara sederhana untuk mengajarkan matematika pada anak yang mungkin Ibu dan Sister dapat coba di rumah, yaitu:

  1. Dimulai dari berhitung

Ibu dan Sister bisa memulai mengajarkan matematika pada anak dengan memulai mengenalkan angka pada mereka. Tentunya, dengan cara-cara menarik yang membuat anak termotivasi dan mulai menyukai matematika.

  1. Menggunakan benda yang ada di sekitar

Ibu dan sister bisa menggunakan benda di sekitar untuk mulai mnegajarkan matematika kepada anak. Misalnya, kancing, uang, buku, buah, mainan, dan lain-lain. Mengajarkan matematika akan lebih mudah ketika menggunakan benda fisik yang dapat dilihat dan disentuh langsung oleh anak. 

  1. Kenalkan matematika sebagai permainan

Saat ini banyak sekali berbagai macam permainan anak yang dijual untuk membantu ibu dan sister mengajarkan matematika pada anak. Ibu dan sister bisa memilah dan memilih mana permainan yang sesuai untuk tumbuh kembang anak. Bahkan tanpa disadari, beberapa permainan matematika terbaik biasanya datang dari imajinasi ibu dan sister sendiri, lo. 

  1. Mengaplikasikan matematika dalam keseharian 

Bantu anak-anak kita mendapatkan hasil yang maksimal dari pembelajaran matematika dengan cara mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya, dengan sambil menetapkan tujuan yang dapat dicapai oleh anak. Contoh sederhananya, mengajak anak menghitung jumlah buah yang ada di hadapannya. Dengan menunjukkan kepada anak betapa menyenangkannya matematika, mereka pun nantinya akan menikmati proses tersebut dengan antusias.

***

Referensi:

Apryl, Duncan. (2019). 7 Simple Strategies for Teaching Math to Kids. Diakses dari https://www.thoughtco.com/strategies-for-teaching-math-to-kids-3128859

Mathematics in Early Childhood Learning. Diakses dari https://www.nctm.org/Standards-and-Positions/Position-Statements/Mathematics-in-Early-Childhood-Learning/

Musrikah. (2017). Pengajaran Matematika Pada Anak Usia Dini. Martabat : Jurnal Perempuan dan Anak Vol.1, No1. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/276689-pengajaran-matematika-pada-anak-usia-din-d2183e76.pdf

Rusdawati. (2019). The Early Childhood Mathematics Learning. International Conference of Early Childhood Education. Journal Advances in Social Science, Education and Humanities Research Volume 449. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/343168924_The_Early_Childhood_Mathematics_Learning

Sa’ida, Naili dan Kurniawati, Tri. (2020). Proceding Universitas Muhammadiyah Surabaya International Webinar On Education 2020. Introduction of early childhood mathematics through online learning (e-learning) during the covid-19 pandemic period. Diakses dari http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Pro/article/view/5987

Penulis: Putri Rahayu
Desainer/Illustrator: Rifki Aviani
Editor: Fadlillah Octa