Tag: kesehatan

banner
Kesehatan

Ketika Anak Terkena Campak, Apa yang Sebaiknya Ibu Lakukan?

Ibu dan Sister tentu pernah mendengar tentang penyakit campak, kan? Dewasa ini terjadi lonjakan kasus penyakit campak yang menyerang anak-anak di Indonesia. Waspada harus, tetapi jangan panik, ya! Yuk, kita kenali dulu apa itu penyakit campak! 

Dilansir dari sejumlah artikel, salah satunya Catchmeup.id (2023) dijelaskan bahwa kasus campak di Indonesia mengalami kenaikan sebanyak 25 kali lipat pada tahun 2022. Berawal dari 132 kasus di tahun 2021, kini kasus campak menjadi 3.341 kasus di tahun 2022. Terang saja, peningkatan kasus campak tersebut pun disebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Disebutkan dari berbagai sumber bahwa hingga akhir Desember 2022 tercatat temuan penularan campak di 31 provinsi di Indonesia (Maulana, 2023). Lantas, mengapa terjadi peningkatan kasus campak? Adanya pandemi COVID-19 menjadi salah satu pemicu terjadinya KLB campak. Selama pandemi, masyarakat Indonesia lebih banyak berdiam diri di rumah dan menghindari tempat-tempat ramai termasuk fasilitas kesehatan, sehingga cakupan imunisasi menjadi menurun. Dampak panjang dari kejadian ini adalah terjadinya penurunan kekebalan komunitas (herd immunity). Ketika pandemi mulai berakhir dan masyarakat kembali beraktivitas, memungkinkan terjadinya kontak erat antara satu orang dengan orang lainnya, sehingga menjadi trigger peningkatan penularan penyakit campak. Selain itu, kantong-kantong wilayah yang memiliki cakupan imunisasi rendah kini makin banyak setelah pandemi karena adanya penolakan terhadap vaksinasi itu sendiri.

Lantas, apa sebenarnya penyakit campak itu? Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu jenis virus dari kelompok paramyxovirus yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Artinya, penularan penyakit campak dapat terjadi melalui udara ketika penderita bersin atau melalui cairan lendir yang dihasilkan saat penderita pilek. Ketika sudah sampai di saluran pernapasan, virus akan menetap, memperbanyak diri, dan menyebar ke seluruh tubuh. Penyakit campak ini bersifat self-limiting disease atau dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, kita sebagai orang tua tetap harus waspada ya, Bu. Karena penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi terutama untuk orang-orang atau anak-anak yang memiliki imunitas rendah dan anak-anak dengan status gizi buruk. Komplikasi yang dapat terjadi misalnya radang paru-paru, radang telinga, radang selaput otak, bahkan kematian.

Penyakit campak tentu saja memiliki gejala yang membedakannya dengan penyakit lainnya. Gejala awal dari penyakit ini baru akan terasa setelah empat belas hari virus campak masuk ke tubuh. Setelah terinfeksi virus campak, seseorang akan mengalami demam tinggi yang akan dibarengi dengan tenggorokan kering, pilek, mata merah, serta berair. Setelah itu akan muncul ruam-ruam merah di sekujur tubuh. Pada langit-langit mulut juga akan timbul bercak berupa titik-titik putih keabuan dengan bagian tengah kemerahan yang disebut dengan bercak koplik. Bercak ini dapat menyebar ke seluruh mukosa mulut dan bibir dan jarang ditemukan di bibir bagian bawah tengah (Nugraha, 2015).

Bercak koplik juga menjadi salah satu yang membedakan seseorang terkena campak (morbilli) dengan campak Jerman (German measles) yang disebabkan oleh rubivirus. Bercak koplik akan muncul pada stadium awal campak atau disebut dengan stadium kataral. Pada stadium ini munculnya bercak koplik beriringan dengan gejala-gejala awal campak seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Kita intip upaya pencegahan campak yuk, Bu!

  1. Pastikan cakupan imunisasi campak si kecil sudah lengkap, ya, Bu. Pemberian vaksin campak umumnya dilakukan pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan ketika si kecil menginjak usia 6 atau 7 tahun. 
  2. Hindari bepergian ke tempat ramai apabila kondisi si kecil tidak fit, kurang sehat, atau dalam kondisi kelelahan.
  3. Gunakan masker ketika pergi keluar rumah.
  4. Konsumsi makanan sehat, bergizi, dan seimbang. Selain itu, konsumsilah air putih yang cukup serta cukup istirahat.

Upaya pencegahan diperlukan tentu saja untuk mencegah penularan penyakit campak. Namun, jika si kecil sudah terinfeksi virus campak, ibu tidak perlu panik. Beberapa hal berikut dapat ibu lakukan apabila si kecil sudah mulai menunjukkan gejala penyakit campak.

  1. Memastikan si kecil tetap beristirahat di dalam rumah untuk memulihkan dan meningkatkan sistem imunnya.
  2. Memastikan si kecil tetap berdiam diri di rumah atau kamar sehingga mengurangi kontak dengan orang sekitar untuk mencegah penularan.
  3. Memastikan si kecil mendapatkan asupan makanan sehat dan bergizi seimbang.
  4. Jika demam sudah turun, si kecil boleh dimandikan untuk mengurangi rasa gatal dari ruam-ruam yang muncul pada tubuh.
  5. Memastikan pakaian yang dikenakan si kecil tetap nyaman dipakai. Hindarilah keringat berlebih untuk mengurangi rasa gatal yang timbul akibat ruam-ruam yang muncul.
  6. Memastikan asupan cairan yang cukup bagi si kecil agar tidak mengalami dehidrasi, khususnya saat demam.

Apabila si kecil sudah terinfeksi campak, diperlukan upaya penanganan dan pengobatan. Beberapa tata laksana pengobatan yang dapat dilakukan saat si kecil terkena campak sebagai berikut.

  1. Segera ke dokter apabila kondisi si kecil sudah memerlukan bantuan tim medis. Beberapa obat-obatan yang umumnya diresepkan oleh dokter di antaranya obat penurun panas, seperti acetaminophen ibuprofen atau naproxen yang bisa membantu meredakan demam. Jangan memberikan aspirin pada pasien campak karena dapat mengakibatkan sindrom reye yang bisa menyebabkan penderitanya kebingungan, pembengkakan otak, dan kerusakan hati. Antibiotik diberikan apabila pasien campak mengalami komplikasi dengan infeksi bakteri ke paru-paru (radang paru) dan infeksi telinga. Vitamin A dapat mengurangi keparahan bagi pasien yang terkena campak.
  2. Melakukan vaksinasi apabila diperlukan.
  3. Memberikan serum immunoglobulin bagi seseorang dengan kasus tertentu, seperti ibu hamil, bayi, dan seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah dan mudah terkena virus sesuai anjuran dokter.

Nah, itulah uraian singkat tentang penyakit campak. Mengenal dan mencegah penyakit campak akan lebih baik dilakukan daripada mengobati. Mudah-mudahan keluarga dan anak-anak kita selalu diberikan kesehatan dan terhindar dari penyakit campak ini, ya, Ibu dan Sister. Salam sehat selalu.

***

Referensi:

Anggraini, Ariska Putri. 2020. Anak Terkena Campak, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?. https://health.kompas.com/read/2020/01/28/162900468/anak-terkena-campak-apa-yang-harus-dilakukan-orangtua?page=all tanggal 06 Februari 2023 pukul 10.00 WIB. 

Catchmeupid. 2023. Kasus Penyakit Campak Meningkat di 2-22, Kemenkes dan IDAI Dorong Vaksinasi Campak pada Anak. Diakses dari https://www.instagram.com/p/Cnv0rMIPfXN/?hl=en tanggal 06 Februari 2023 pukul 10.34 WIB. 

Handayani, Verury Verona. 2020. Anak Terserang Campak, Apa yang Harus Dilakukan. Diakses dari https://www.halodoc.com/artikel/anak-terserang-campak-apa-yang-harus-dilakukan tanggal 06 Februari 2023 pukul 10.38 WIB. 

Hanggara, Dian Sukma. 2023. Penanganan Spesimen pada Pemeriksaan laboratorium Campak. Diakses dari https://patologiklinik.com/2018/09/27/penanganan-spesimen-pada-pemeriksaan-laboratorium-campak/ pada 08 Februari 2023 pukul 12.20 WIB. 

Keluarga, Mitra. 2022. Campak pada Anak, Waspadai Gejala dan Penularannya. Diakses dari https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/campak 06 Februari 2023 pukul 11.00 WIB. 

Maulana, Arief. 2023. Kemenkes Tetapkan KLB Campak, Pakar Unpad Ungkap Penyebabnya. Diakses dari https://www.unpad.ac.id/2023/01/kemenkes-tetapkan-klb-campak-pakar-unpad-ungkap-penyebabnya/ 06 Februari 2023 pukul 11.05 WIB. 

Nugraha, Bagus Agung Surya Dipta. 2015. Morbili pada anak dalam pengobatan antiretroviral (ARV). Intisari Sains Media (4): 1–5. 

Pittara. 2023. Pengertian Campak. Diakses dari https://www.alodokter.com/campak 08 Februari 2023 pukul 12.18 WIB. Rokom. 2023. Waspada, Campak jadi Komplikasi Sebabkan Penyakit Berat. Diakses dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230120/1642247/waspada-campak-jadi-komplikasi-sebabkan-penyakit-berat/ 06 Februari 2023 pukul 11.10 WIB.

Penulis: Tyas Ayu Lestari
Desainer/Illustrator: Sisca Ayu
Editor: Dwi Martina Dewi

Manfaat (850 × 250 px)
Kesehatan

Kenali Kondisi Kesehatan Mentalmu Melalui Evaluasi Psikologis

Apakah Ibu dan Sister akhir-akhir ini merasakan masalah yang cukup berat? Apakah Ibu dan Sister akhir-akhir ini merasakan perubahan mood, perilaku, dan cara berpikir yang pada akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari? Berbagai kondisi tersebut berpotensi mengganggu kesehatan mental Ibu dan Sister. Oleh karena itu, diperlukan penanganan untuk memulihkan kesehatan mental Ibu dan Sister.

Kemajuan teknologi di zaman sekarang membuat Ibu dan Sister lebih mudah mengakses informasi terkait kesehatan mental. Saat ini, banyak sekali informasi mengenai penanganan kondisi kesehatan mental yang dapat diakses di media sosial. Hal ini tentu memiliki manfaat untuk Ibu dan Sister. Mengapa demikian? Kemudahan akses informasi terkait kesehatan mental tersebut membuat Ibu dan Sister lebih mudah mendapatkan akses untuk melakukan konseling dengan tenaga profesional, misalnya psikolog dan psikiater. Melakukan konseling dengan tenaga profesional sangat penting dilakukan ketika Ibu dan Sister membutuhkan penanganan yang lebih komprehensif. Namun, seringkali Ibu dan Sister tidak tahu hal yang ingin Ibu dan Sister ceritakan serta hal yang sebenarnya Ibu dan Sister  rasakan. Sebagai langkah awal, Ibu dan Sister bisa melakukan evaluasi psikologis terlebih dahulu, lho!

Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Psikologis?

Evaluasi Psikologis atau bisa disebut sebagai Psychological Assessment adalah sebuah proses pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang psikolog. Psikolog menggunakan tes dan alat penilaian lainnya ini untuk mengamati dan mengukur perilaku klien hingga tahap diagnosis dan panduan pengobatan. Psikolog berperan seperti seorang detektif yang berusaha mendapatkan petunjuk untuk memecahkan sebuah misteri. Makin banyak petunjuk yang diidentifikasi oleh psikolog, makin banyak pula informasi yang digunakan untuk mengetahui kondisi psikologis para klien. Selain itu, banyaknya informasi yang mampu diperoleh akan memudahkan psikolog menentukan langkah-langkah yang tepat untuk membantu para klien.

Apa saja manfaat dari Evaluasi Psikologis?

Evaluasi Psikologis memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat Evaluasi Psikologis sebagai berikut:

1. Mendiagnosis berbagai kondisi psikologis dan penyakit yang memengaruhi ingatan, proses berpikir, dan perilaku. Sebagai contoh, depresi dan gangguan cemas, baby blues, post-partum depression, serta Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) and alzheimer.

2. Mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh individu, misalnya analisis kemampuan logika, pemecahan masalah, kemampuan berkomunikasi, dan stabilitas emosi ataupun kepercayaan diri.

3. Memberikan gambaran tentang bidang aktivitas yang cocok bagi setiap individu. Saat memperoleh gambaran tersebut, psikolog dapat memberikan solusi yang tepat untuk membantu klien mengembangkan potensinya.

Dalam Evaluasi Psikologis terdapat berbagai teknik asesmen yang digunakan. Salah satu teknik asesmen yang umum digunakan adalah wawancara klinis. Melalui wawancara klinis dengan klien, psikolog dapat memperoleh informasi psikologis dan penyakit yang dialami oleh klien. Ketika seorang psikolog berbicara kepada klien tentang kekhawatiran dan sejarahnya, psikolog  dapat mengamati cara klien berpikir, beralasan, dan berinteraksi dengan orang lain. Selain melalui wawancara, proses asesmen juga bisa dilakukan secara tertulis. Proses asesmen secara tertulis dilakukan dengan menjawab sejumlah pertanyaan pilihan ganda maupun esai. Setiap pertanyaan yang dijawab klien diharapkan mampu menjelaskan masalah psikologis tertentu yang dialami klien. Durasi setiap evaluasi juga berbeda-beda, tergantung dari jenis evaluasi yang dipilih atau kebijakan dari penyedia asesmen. 

Nah, Ibu dan Sister sudah memperoleh gambaran tentang Evaluasi Psikologis. Kemudian, di mana Ibu dan Sister bisa mendapatkan layanan Evaluasi Psikologis? Ibu dan Sister bisa mendapatkan layanan Evaluasi Psikologis di lembaga pelayanan psikologi. Bagaimana dengan tes psikologis yang banyak tersedia secara online? Para ahli ternyata tidak merekomendasikan tes psikologi secara online. Ketika Ibu dan Sister mencoba untuk mengikuti tes dengan cara tersebut, jawaban dalam tes mungkin tidak konsisten serta membuat Ibu dan Sister tampak memiliki lebih banyak masalah daripada yang sebenarnya terjadi. Ibu dan Sister boleh saja untuk mencoba mengikuti tes psikologis secara online. Namun, jangan lupa untuk mengonsultasikan hasilnya dengan psikolog, ya.

Bagaimana informasi tentang Evaluasi Psikologis, Ibu dan Sister? Setelah memperoleh informasi tersebut, Ibu dan Sister tidak perlu takut lagi untuk melakukan Evaluasi Psikologis jika memang diperlukan. Ini bukanlah sesuatu yang perlu Ibu dan Sister pelajari terlebih dahulu layaknya ujian akhir. Sebaliknya, Evaluasi Psikologis adalah kesempatan bagi psikolog untuk menentukan cara terbaik untuk membantu para kliennya agar sehat secara fisik dan psikis.

Salam sehat, Ibu dan Sister!

***

Referensi:

Protenzia Consulting. 2020. Memahami Pengujian dan Assessment Psikologis. Diakses dari http://www.protenziaconsulting.com/news/memahami-pengujian-dan-assesment-psikologis/ tanggal 02 Oktober 2022.

Rudlin, Kathryn. 2022.. What Is a Psychological Evaluation? Diakses dari https://www.verywellmind.com/get-your-teen-a-psychological-evaluation-2610450 tanggal 30 September 2022.

Penulis: Shinta Nastiti
Desainer/Illustrator: Sri Mulyasari Aryana
Editor: Dwi Martina Dewi

sehat-dengan-jalan-kaki
Kesehatan

Sehat Hakiki dengan Jalan Kaki

Ingin sehat dengan mudah dan murah meriah? Jalan kaki saja! 

Sebuah studi menunjukkan bahwa orang-orang akan lebih sehat jika tinggal di kawasan yang di dalamnya memiliki komunitas aktif dalam beraktivitas dan juga berolahraga. Mereka yang tinggal di daerah yang mudah diakses dengan berjalan kaki, ternyata punya indeks massa tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tinggal di daerah yang sulit diakses dengan berjalan kaki. Bahkan nih, tingkat kejahatan pun dinilai cenderung rendah di daerah yang punya walkability yang tinggi. 

Bagi ibu hamil, jalan kaki secara teratur pun dapat meningkatkan kualitas tidur karena memunculkan hormon endorphin yang membuat bahagia. Bahkan, jalan kaki jam 9 pagi akan memicu hormon serotonin yang membuat suasana hati menjadi lebih positif dan berpikir menjadi lebih tenang. Tidak hanya itu, penelitian oleh Rury dan Nurlela pada tahun 2020 menujukkan bahwa terapi dengan berjalan kaki selama 10 menit dapat digunakan sebagai salah satu alternatif asuhan untuk ibu hamil dengan hipertensi.

Bagi lansia latihan fisik seperti berjalan kaki bermanfaat untuk menghambat penurunan kemampuan antisipasi reaksi yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia. Untuk yang memiliki riwayat diabetes melitus berjalan kaki selama 30 menit bermanfaat untuk mengontrol kadar gula dalam darah.

Wah, ternyata banyak sekali ya kebaikan dari berjalan kaki!

Serunya Bergabung dengan Komunitas Pejalan Kaki

Jadi, pernahkah Ibu dan Sisters melihat sekelompok orang mengunjungi berbagai tempat di sebuah kota dengan cara berjalan kaki? Kelihatannya seru sekali, ya! 

Di akhir pekan yang erat dengan aktivitas melepas penat, kita diajak untuk mengenali kota yang selama ini ditinggali dengan cara yang asyik dan tentu saja menyehatkan.

Berjalan kaki saat ini tidak lagi identik dengan kesendirian dan kesepian. Banyak komunitas yang menginisiasi gerakan ini dengan menggabungkannya bersama dengan jelajah kota beriringan perjalanan wisata sejarah atau wisata kuliner. Misalnya Maniac Street Walkers Surabaya, Jelajah Bandung, Cerita Bandung, Komunitas Pejalan Kaki Semarang, dan Jakarta on Foot.

Menurut Rapoport dalam bukunya yang berjudul Human Aspect of Urban Form, kecepatan rendah dari berjalan kaki membuat kita dapat mengamati objek secara detail serta lebih mudah menyadari lingkungan sekitar. Berjalan kaki juga bisa disebut sebagai sarana transportasi karena menghubungkan antar fungsi dari setiap kawasan, misalnya kawasan perdagangan, budaya, dan permukiman, sehingga dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi lebih manusiawi.

Oleh karena itu, tidak heran jika jumlah peserta dalam komunitas jalan kaki selalu bertambah seiring berjalannya waktu. Selain menjadi tempat bersilaturahmi, berjalan kaki secara bersama-sama juga membuat kita lebih membumi. Kita menjadi lebih sadar terhadap segala sesuatu yang mungkin selama ini terlewatkan karena terlalu sering menggunakan kendaraan. 

Tipe Pejalan Kaki 

Tahukah Ibu dan Sisters bahwa keputusan berjalan kaki ternyata dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan fisik?

Menurut Zimring dalam penelitiannya di tahun 2007, pemilihan rute atau tujuan perjalanan dipengaruhi oleh karakteristik jalur dan tempat tujuan. Jadi ada dua kategori intensi dalam aktivitas berjalan kaki, yakni berjalan rekreatif (recreational walking) dan berjalan sebagai perantara (instrumental walking). Tujuan dari recreational walking adalah untuk kesenangan, berkebun, olahraga, peningkatan kesehatan, dan aktivitas fungsional lainnya. Jenis berjalan seperti ini dapat dilakukan secara individu maupun terorganisir seperti klub jalan sehat.

Sedangkan instrumental walking adalah aktivitas berjalan yang dilakukan bukan karena rekreasi ataupun aktivitas fisik tertentu, melainkan hasil aktivitas utama atau rutinitas lain. Seperti berjalan ke tempat kerja dan tujuan lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam aktivitas fisik meliputi karakteristik level individu (sosio demografi, budaya, karakteristik perilaku, dan gaya hidup tertentu) sampai dengan karakteristik level sosial (norma sosial, kebijakan publik, dan tekanan pasar).

Jadi apapun tujuannya, berjalan kaki tidak pernah memunculkan efek negatif kok, asalkan dilakukan secara tepat, aman, dan tentu saja dengan hati yang gembira. 

Yuk, kita jalan kaki bareng! 

***

Referensi: 

Craig, Z. (2007). Where Active Older Adults Walk. Environment and Behavior. 39(1). 

Doyle, S., Kelly-Schwartz, A., Schlossberg, M., & Stockard, A. (2006). Active Community Environments and Health: The Relationship of Walkable and Safe Communities to Individual Health. Journal of the American Planning Association72(1), 19-31. doi: 10.1080/01944360608976721

Isrofah, I., Nurhayati, N., & Angkasa, P. (2017). Efektifitas Jalan Kaki 30 Menit Terhadap Nilai Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Desa Karangsari Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Journal of Holistic Nursing Science4(1), 16-24.

Lungit, W., and Imam, S. (2020) Pengaruh Olahraga Jalan Kaki Terhadap Antisipasi Reaksi Pada Lansia. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan. 5 (1). 1-7. ISSN 2549-6360

Martiningrum, I. (2011). Berjalan Kaki Sebagai Lifestyle Masyarakat Kota. Psikologi dan Arsitektur, 186-192. 

Rappoport, A. 1977. Human Aspect of Urban Form. Oxford: Pergamon Press

Ruri, R. Y. A., & Nurlaela, A. R. (2020). Pengaruh Terapi Jalan Kaki 10 Menit terhadap Tekanan Darah pada Primigravida. Jurnal Abdidas1(2), 64-69. https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i2.15

Wulandari, A., Retnaningtyas, E., & Wardani, E. K. (2018). Efektivitas Olahraga Ringan Jalan Kaki Terhadap Kualitas Tidur Ibu hamil Trimester 3 di Desa Silir Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Journal for Quality in Women’s Health1(1), 27-32.

Penulis: Hanifa Paramitha Siswanti

Designer: Rifki Aviani

Editor : Sucia Ramadhani