Tips Parenting LBI
Pengetahuan

Membantu Proses Belajar Anak

Proses belajar terjadi setiap saat. Namun, bagi anak-anak, proses ini seolah lebih ditekankan mengingat adanya harapan serta tuntutan dari orang tua. Sebenarnya, apa, sih, yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anaknya belajar?

Anak temanku belajar membaca sejak umur setahun.
Anak tetanggaku bisa tiga bahasa sebelum masuk SD.
Anak saudaraku sudah lancar bermain musik walaupun belum sekolah.
Oh, tidak! Apakah anakku ketinggalan?

Tenang dulu, ya, Bu.

Kemampuan anak, baik itu akademis maupun nonakademis, rasanya selalu menjadi sorotan orang tua. Tidak jarang hal tersebut diceritakan baik ke orang-orang terdekat maupun lewat media sosial. Sayangnya, pengetahuan akan kemampuan anak lain sering membuat orang tua cemas karena anaknya sendiri kalah hebat atau kalah cepat. Padahal manusia terlahir dengan keunikannya masing-masing, baik kelebihan maupun kekurangannya. Belum lagi dengan adanya perbedaan latar belakang dan pengalaman hidup seseorang. Itu sebabnya setiap orang, termasuk anak-anak, memproses dan menangkap sesuatu dengan cara yang berbeda. 

Namun, saya ingin anak saya pintar dan berprestasi. Demi masa depannya yang cemerlang.

Tentu saja, Bu. Setiap orang tua pasti berharap yang terbaik untuk anaknya. Apalagi di era globalisasi ini persaingan semakin ketat. Namun, sebelum memasang target dan harapan, ada baiknya kita sebagai orang tua bertanya kembali, apa, sih, tujuan manusia belajar?

Proses belajar memang ditentukan oleh tujuan awalnya, apakah sekadar untuk lulus dan mendapat nilai bagus, untuk tahu banyak hal, atau lebih dari itu? Proses belajar yang baik sejatinya akan mengubah diri manusia, baik itu cara berpikir, cara melihat sesuatu, hingga cara bertindak. Ini artinya, belajar tidak berhenti ketika kebutuhan informasi sudah didapat. Namun, berkelanjutan hingga benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Wah, ternyata proses belajar kompleks sekali ya, Bu? Tapi tenang saja, orang tua punya kesempatan emas untuk membantu anaknya belajar. Berikut beberapa caranya.

  1. Dorong kemampuan bahasa anak

Hal ini dapat diterapkan sedini mungkin, dengan rutin mengajak bicara, bercerita, atau membacakan buku. Selain mengeratkan ikatan, bercerita dapat memperluas kosa kata, meningkatkan kemampuan memahami, dan berlatih berpikir kritis.

  1. Beri ruang untuk eksplorasi

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa setiap anak berbeda. Untuk mengetahui keunikannya, baik itu bakat minat maupun cara belajar yang cocok, anak perlu banyak mencoba. Ingat mantranya, anak akan belajar dengan maksimal jika ia merasa nyaman, dengan cara yang cocok dengannya, dan dalam bidang yang ia suka. 

  1. Menanyakan pertanyaan open-ended

Sederhananya, lemparkan pertanyaan dengan awalan “mengapa” atau “menurutmu bagaimana”. Atau pertanyaan lain yang butuh jawaban panjang. Setelah bertanya, dengarkanlah. Dengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi atau buru-buru mengoreksi. Dengan begitu, Ibu bisa melihat sampai dimana pemahaman sang anak. Bagian mana yang ia sudah mengerti, mana yang belum. 

  1. Bantu anak untuk melihat perspektif yang luas

Setelah Ibu melihat sampai di mana pemahaman anak, mungkin ada bagian yang belum dipahami dengan baik. Tidak masalah. Bantulah sang anak untuk memahami dengan memberinya gambaran yang lebih luas. Dengan melihat gambar besarnya, ia akan lebih mudah membayangkan dan pada akhirnya mengerti. Tidak hanya mengerti ilmunya, tapi juga mengerti mengapa hal ini harus dipelajari.

  1. Latihan keras

Dalam menguasai kemampuan tertentu, misalnya olahraga atau musik, dibutuhkan latihan keras. Latihan keras artinya melawan rasa malas dan bosan, hal ini membutuhkan kemauan dan kecintaan. Karena dengan demikian, latihan yang sulit pun tetap akan dijalani. Maka perlu benar-benar dipastikan bahwa anak memiliki kecintaan dan keinginan kuat dalam menguasai bidang tersebut. 

Bagaimana, Bu? Apakah terbantu dengan tips di atas? Semoga mulai sekarang tidak perlu lagi ya merasa insecure dengan pencapaian anak lain. Lebih baik kita fokus dengan keunikan anak sendiri. Karena proses belajar anak bukanlah kompetisi yang harus dimenangkan. Namun, bagaimana anak kita dapat menemukan “bintangnya” sendiri dan menjadi ahli dalam bidangnya dengan cara yang terbaik. Selamat membersamai proses belajar anak, ya, Bu!

***

Referensi:

Brooks, Clare. MOOC: What Future for Education. University of London: UCL Institute of Education. Diakses dari https://coursera.org/learn/future-education

Penulis: Detta Devia
Desainer: Sri Mulyasari Aryana
Editor: Fadlillah Octa

Yoga LBI
Kesehatan

Yoga Sebagai Metode Pengendali Stres pada Ibu Rumah Tangga

Banyak orang yang beranggapan menjadi ibu rumah tangga adalah hal yang mudah karena pekerjaan yang dilakukannya dinilai sebagai kemampuan alami wanita yang tidak memerlukan keahlian khusus. Padahal, mengelola rumah tangga sama sekali tidak mudah. Ibu rumah tangga seringkali harus melakukan aktivitas terus menerus yang menguras fisik dan mental. Jika tidak dikelola dengan baik, pekerjaan ibu rumah tangga dapat menjadi tekanan yang menimbulkan stres.

Stres pada ibu rumah tangga dapat memengaruhi kesehatan ibu, kondisi keluarga, dan pola asuh pada anak. Oleh karena itu, penting bagi para ibu untuk melakukan aktivitas yang dapat mengurangi stres. Salah satunya dengan melakukan yoga.

Yoga merupakan latihan yang menggabungkan tiga faktor penting, yaitu fisik, pikiran, dan napas. Latihan yoga terdiri dari asana (latihan fisik), pranayama (latihan pernapasan), meditasi dan savasana (relaksasi). Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 64 wanita di Yogyakarta menunjukan bahwa wanita yang melakukan yoga memiliki tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak melakukan yoga. Ines (31), seorang instruktur yoga dari Bandung yang telah berkecimpung di dunia yoga sejak 6 tahun lalu, bercerita tentang anggotanya yang berhasil mengelola diri setelah melakukan yoga,

“… Ada juga yang susah tidur karena stres yang berlebih dan pekerjaan yang gak habis-habis harus dikerjakan, tapi setelah yoga mereka jadi lebih bisa mengontrol mana yang harus diprioritaskan sekarang dan bisa dilakukan nanti …”

Ines memaparkan bahwa kelas yoga selalu diawali dengan menyelaraskan napas. Teknik pengaturan napas dalam yoga dapat menaikkan kadar oksigen ke kepala, membuat pikiran menjadi lebih tenang, serta meningkatkan fokus sehingga kita tidak akan mudah stres. Saat stres, pernapasan cenderung menjadi pendek dan cepat, yang lama kelamaan dapat menyebabkan pola pernapasan yang tidak efektif. Teknik pernapasan pada yoga yang lambat dan mendalam dapat mengaktifkan saraf parasimpatik (saraf yang mengontrol berbagai aktivitas tubuh saat istirahat) pada tubuh yang menghasilkan efek rileks.

Selain teknik pernapasan, asana atau latihan fisik pada yoga juga dapat membantu mengurangi tingkat stres. Pose dalam yoga dapat mengurangi ketegangan otot dan menurunkan kadar kortisol yang merupakan hormon utama penyebab stres. Setelah melakukan asana, latihan yoga biasanya diakhiri oleh savasana. Savasana dilakukan dengan kondisi berbaring yang biasanya diiringi oleh musik yang menenangkan dan afirmasi positif dari instruktur. Savasana dapat melepas energi negatif tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih rileks.

Yoga juga dapat menumbuhkan pikiran-pikiran positif pada pelakunya. Ines menjelaskan bahwa asana pada yoga didesain dengan beragam tingkat kesulitan. Saat melakukan asana, setiap individu perlu memerhatikan anatomi tubuh dan kemampuan masing-masing, sehingga setiap individu dilatih untuk menerima kondisi tubuhnya tanpa perlu membandingkan dengan kemampuan orang lain. Sikap seperti ini dapat menumbuhkan penerimaan diri dan kecintaan terhadap diri sendiri. Sebuah sikap yang sangat diperlukan oleh para ibu rumah tangga agar tetap merasa berharga dan bahagia.

Latihan yoga dapat dilakukan sendiri atau berkelompok. Bagi ibu yang kesulitan untuk keluar rumah, Ines menyarankan untuk mengikuti kelas daring pemula yang memberikan pemaparan yang jelas. Asana pada yoga perlu dilakukan dengan benar agar tidak menimbulkan cedera. Bagi pemula, ada beberapa asana yang bisa dilakukan yaitu child pose, seated sidebend, seated neck streatching, cat and cow, downward facing dog, cobra pose, pascimotanasana, bridge pose, eagle pose, vivarita karani with wall, dan savasana.

***

Referensi:

Apsaryanthi, Ni Luh Komang dan Made Diah Lestari. (2017). Perbedaan Tingkat Psychological Well-Being pada Ibu Rumah Tangga dengan Ibu Bekerja di Kabupaten Gianyar. Jurnal Psikologi Udayana, 4(1), 110-118.

Hendrik. (2010). Perbedaan Tingkat Stres antara Perempuan yang Mengikuti Hatha Yoga dan Tidak Mengikuti Hatha Yoga. (Skripsi, Universitas Sanata Dharma, 2010) Diakses dari https://repository.usd.ac.id/28271/

Katyusha, Winona. 5 Alasan Ibu Rumah Tangga Rentan Alami Stres. Diakses dari https://hellosehat.com/mental/stres/ibu-rumah-tangga-rentan-stres/

Kenali Fungsi Sistem Saraf Otonom Beserta Gangguan yang Bisa terjadi.HaloDokter. Diakses dari https://www.alodokter.com/kenali-fungsi-sistem-saraf-otonom-beserta-gangguan-yang-bisa-terjadi#:~:text=Fungsi%20utama%20sistem%20saraf%20parasimpatik,membantu%20tubuh%20menjadi%20lebih%20rileks.

Widyasari, Kadek Anindita dan I gst Ayu Diah Fridari. (2013). Dinamika Kontrol Diri pada Ibu Bekerja yang Menjalani Latihan Yoga. Jurnal Psikologi Udayana 1(1), 84-93.

Penulis: Novia Rahmawati
Desainer: Sri Mulyasari Aryana
Editor: Fadlillah Octa

memberi pujian pada anak
Keluarga

Stop Memuji Anak Pintar!

Memuji adalah salah satu bentuk apresiasi. Namun, sudah tepatkah cara kita memuji anak? 

Ibu, siapa yang tidak suka memuji anak? Pujian memang dianggap sebagai bentuk menghargai seseorang. Tidak jarang juga menjadi salah satu cara untuk memotivasi. Namun, sebagian orang tidak suka memuji dengan alasan tidak mau membuat anak cepat puas. Harapannya, anak tersebut akan memiliki standar yang lebih tinggi untuk puas diri.

Dalam masyarakat sendiri, kata pintar, baik, atau bagus mungkin menjadi sebutan favorit untuk memuji seseorang, terutama anak-anak. Nilai ujiannya bagus? Pintar. Meminjamkan mainan ke temannya? Anak baik. Bisa menggambar? Bagus. Namun, sebenarnya apa, sih, makna pintar, baik, dan bagus itu? Memang agak sulit untuk dideskripsikan, apalagi bagi anak-anak. Apakah anak pintar adalah anak yang nilai sekolahnya bagus? Bagaimana jika nilai tersebut didapat dengan cara yang tidak baik? Mencontek, misalnya. Apakah tetap pintar? Toh, tidak ada yang tahu. Termasuk sang pemberi pujian.

Lalu, apakah melabeli anak dengan kata pintar sudah tepat? Pujian yang fokus pada atribut yang dimiliki seorang anak, seperti pintar, penampilan, atau sekedar istilah anak baik, ternyata lebih banyak efek negatifnya. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Membuat anak berpola pikir fixed mindset. Anak percaya bahwa kepintaran adalah sesuatu yang tetap. Jika berhasil, ia merasa pintar. Begitu pun sebaliknya
  2. Membuat anak memilih pekerjaan yang mudah atau sudah pasti berhasil. Anak ingin mempertahankan predikat pintar tersebut. Sehingga fokusnya hanya pada hasil, bukan proses belajar itu sendiri. 
  3. Meningkatkan kecenderungan berbuat curang. Berdasarkan penelitian, kecenderungan berbuat curang lebih tinggi pada anak yang dipuji pintar/bagus daripada anak yang dipuji usahanya atau bahkan tidak dipuji sama sekali. 

Jika memuji pintar kurang tepat, bagaimana cara yang baik untuk mengapresiasi anak? Penelitian menunjukkan bahwa memuji usaha anak adalah cara yang terbaik. Pujian ini sangat mengutamakan proses. Karena usaha bersifat fleksibel, bisa ditambah dan bisa dikurangi. Anak yang terbiasa menerima pujian dari usahanya akan berpola pikir flexible mindset. Jika ingin berhasil, ia akan memberi usaha yang lebih. Jika gagal, dia tidak merasa bodoh, melainkan kurang usaha.

Memang lebih sulit daripada menyebut kata pintar, ya, Bu. Berikut beberapa tips agar memuji menjadi lebih mudah dan efektif:

  • Deskripsikan apa yang Ibu lihat.

“Lantainya bersih ya, buku-buku dan mainan juga sudah rapi di tempatnya.”

  • Deskripsikan perasaan Ibu.

“Mama senang sekali melihat ruang bermain ini kembali rapi.”

  • Beri nama pada kelakuan baik anak.

“Tadi Adik abis main dan lantainya kotor kena cat, lalu Adik langsung beresin mainan dan mengepel lantainya. Itu namanya bertanggung jawab.”

  • Puji usahanya.

“Walaupun susah, Adik berusaha keras untuk membersihkan kotoran di lantai, ya.”

***

Referensi:

Bayat, Mojdeh. (2011) Clarifying Issues Regarding the Use of Praise with Young Children. Sage Journal: Hammil Institute on Disabilities. Diakses dari https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0271121410389339

Faber, Adele & Elaine Mazlish. (1999) How to Talk so Kids will Listen & How to Listen so Kid will Talk. London: Piccadilly Press

Zhao, Li., Gail. D. Heyman., Lulu Chen., & Kang Lee. (2017) Praising Young Children for Being Smart Promotes Cheating. Sage Journal: Association for Psychological Science. Diakses dari https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0956797617721529

Penulis: Detta Devia
Desainer/Illustrator: Rifki Aviani
Editor: Fadlillah Octa

mengajarkan sains untuk anak
Pengetahuan

Sains untuk Anak: Mengenal Larutan dan Suspensi

Apakah si kecil pernah bertanya tentang “hilangnya” gula saat diaduk dengan air? atau tampak bingung saat berusaha mengaduk minyak dan air tetapi keduanya selalu terpisah? Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan si kecil menunjukan keingintahuan yang besar tentang apa yang terjadi di sekitar mereka. Melakukan eksperimen sains sederhana dapat menjadi alternatif menyenangkan untuk menjawab keingintahuan tersebut. Mari kita kenali apa yang dimaksud dengan sains dan manfaatnya bagi anak.

Apa itu Sains?

Menurut Webster New Collegiate Dictionary, sains adalah pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan, pembelajaran dan eksperimen yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan mengenai hal yang dipelajari.

Apakah Sains Boleh Dikenalkan Pada Anak Usia Dini?

Memperkenalkan sains pada anak tentu saja boleh dilakukan sebagai usaha untuk mengoptimalkan perkembangan mereka. Sains bisa dikenalkan dengan cara yang menyenangkan lewat kegiatan yang melibatkan semua inderanya seperti eksperimen. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari serta memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaannya dengan berbagai benda di sekitarnya (Izzudin, 2019).

Manfaat Memperkenalkan Sains Pada Anak Usia Dini 

Memperkenalkan sains pada anak dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:

  1. Menumbuhkan pola pikir logis pada anak.
  2. Mengembangkan sikap ingin tahu, terbuka, dan kritis.
  3. Menumbuhkan rasa cinta terhadap alam semesta serta menyadari kebesaran Tuhan YME.
  4. Membekali anak dengan keterampilan dan pengetahuan dasar untuk menunjang kemampuan mereka di sekolah dasar.
  5. Sebagai sarana aktivitas variatif yang dapat menjauhkan anak dari gawai.

Eksperimen Sains

Salah satu eksperimen yang bisa dilakukan anak dan orangtua adalah mencampur beberapa material dengan air untuk memperkenalkan larutan dan suspensi.

Alat dan Bahan

  1. 2 buah gelas bening
  2. 2 sdm gula
  3. 2 sdm terigu
  4. air putih secukupnya
  5. 1 buah senter
  6. 1 buah kertas putih

Langkah Kerja

  1. Siapkan 2 buah gelas bening lalu beri label.
  2. Masukkan gula pada gelas 1 dan terigu pada gelas 2.
  3. Masukkan air putih ke dalam gelas 1 dan 2 hingga gelas terisi setengahnya (lihat gambar 1).
  4. Aduk masing-masing gelas lalu diamkan selama 5 menit. Perhatikan apa yang terjadi.
  5. Tempelkan senter yang menyala pada dinding gelas (lihat gambar 2). Perhatikan apa yang terjadi.
Gambar 1. Langkah Kerja Ketiga
Gambar 2. Langkah Kerja Kelima

Pembahasan

Pada gelas 1, gula tampak tercampur sempurna dengan air. Setelah didiamkan selama 5 menit, tidak terbentuk endapan di dasar gelas. Fenomena ini menunjukan bahwa gula dan air merupakan campuran yang tergolong sebagai larutan. Larutan adalah campuran homogen dengan ukuran partikel zat terdispersi (zat terlarut) kurang dari 1 nm. Dikatakan homogen karena setelah dicampur, zat terdispersi dan zat pendispersi (zat pelarut) tidak lagi dapat dibedakan. Larutan bersifat stabil sehingga tidak terbentuk endapan setelah dicampurkan. Larutan memiliki kemampuan meneruskan cahaya sehingga saat senter ditempelkan ke dinding gelas, cahaya akan tampak di kertas karton. 

Pada gelas 2, terigu tidak tercampur dengan air. Setelah didiamkan terbentuk endapan di dasar gelas. Fenomena ini menunjukan bahwa terigu dan air merupakan campuran yang tergolong suspensi. Suspensi merupakan campuran heterogen dengan ukuran partikel zat terdispersi lebih besar dari 100 nm. Saat dicampur, zat terdispersi dan zat pendispersi masih dapat dibedakan dengan jelas. Suspensi bersifat tidak stabil sehingga terbentuk endapan saat didiamkan. Suspensi tidak dapat meneruskan cahaya sehingga saat senter ditempelkan ke dinding gelas, tidak ada cahaya yang tampak di kertas karton. 

Setelah melakukan percobaan di atas, ajaklah anak untuk mencampurkan material apa pun dengan air, misalnya garam, pasir, atau tanah. Lalu mintalah anak untuk menyebutkan jenis campuran yang terjadi dengan mempelajari ciri-ciri larutan dan suspensi dari percobaan sebelumnya. Selamat mencoba!

***

Referensi:

Izzuddin, Ahmad. (2019). Sains dan Pembelajarannya pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan dan Sains 1(3), 353-365. 

Perbedaan Larutan, Suspensi dan Koloid. Eduplasa. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=5KR9ZfLDxg0

Satria, Ase. (2022). Materi Belajar.Sistem Koloid (Larutan, Koloid dan Suspensi). Diakses dari https://www.materibelajar.id/2016/03/sistem-koloid-larutan-koloid-dan.html

Science Definition. Yourdictionary.com. Diakses dari https://www.yourdictionary.com/science

Solution, Suspension and Colloid. Its AumSum Time. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=XEAiLm2zuvc

Suyanto, Slamet. Pengenalan Sains untuk Anak TK dengan Pendekatan “Open Inquiry”. Yogyakarta

Penulis: Novia Rahmawati
Desainer: Rifki Aviani
Editor: Fadlillah Octa

Air Bersih yang Aman
Kesehatan

Sumber Air Bersih yang Aman untuk Keluarga

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam menjalani kehidupan dan melaksanakan aktivitas sehari-hari. Air yang bersih harus memenuhi kriteria air bersih yaitu tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dan mempunyai suhu dan pH yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan rasa nyaman. Air bersih juga merupakan air yang bebas dari zat-zat berbahaya seperti bakteri dan unsur kimia yang berbahaya. Pemerintah juga telah mengatur kriteria air bersih yang aman untuk digunakan dan dikonsumi oleh masyarakat Indonesia dalam beberapa peraturan, yaitu:

  • Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.
  • Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Untuk memperoleh air bersih yang telah sesuai dengan standar dalam peraturan tersebut, maka perlu dilakukan proses pengolahan air untuk mengubah air baku menjadi air bersih. Air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

Sumber Air Bersih untuk Skala Rumah Tangga di Indonesia

Air bersih skala rumah tangga di Indonesia berasal dari beberapa sumber, di antaranya yaitu:

Piped Water Supplies

Istilah Piped Water Supplies digunakan untuk sumber air bersih yang berasal dari distribusi perpipaan. Di Indonesia, Piped Water Supply biasanya menjadi solusi untuk penyediaan air bersih di suatu wilayah yang dikelola oleh perusahaan air minum milik pemerintah atau swasta. Dalam menggunakan piped water supply, pelanggan harus membayar harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah kepada badan penyedia air bersih tersebut. Meskipun kualitas air bersih sudah sesuai dengan standar yang berlaku, kemungkinan kontaminasi dalam pipa masih mungkin terjadi sehingga masyarakat biasanya tidak langsung menggunakan sumber air ini sebagai air yang aman untuk langsung dikonsumsi. Untuk memastikan bahwa sumber air ini layak dikonsumsi, maka harus dilakukan proses pemanasan terhadap air yang berlangsung sekitar 20 menit untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang mungkin telah mengontaminasi air tersebut.

Non-Piped Water Supplies

Istilah Non-Piped Water Supplies digunakan untuk sumber air bersih yang berasal langsung dari sumber air permukaan (air tanah) dan juga air hujan. Secara kualitas, sumber air ini tidak sebaik sumber air dari distribusi perpipaan. Masyarakat Indonesia melakukan eksploitasi terhadap air tanah secara gratis. Meskipun terkesan lebih murah, air tanah memiliki risiko terkontaminasi oleh bakteri e.coli yang lebih tinggi. Sehingga perlu dilakukan pengelolaan air tanah dan fasilitas sanitasi yang baik agar dapat mengurangi potensi cemaran air tanah.

Selain itu, air tanah di Indonesia juga cenderung mengandung unsur besi dan mangan yang melebih standar baku mutu yang telah ditetapkan bahkan berpotensi terkontaminasi zat pencemar dari limbah hasil aktivitas manusia. Sehingga dalam menggunakan air tanah, sebaiknya dilakukan pengetesan kualitas air ke laboratorium pengujian kualitas air terlebih dahulu. Penggunaan air tanah yang berlebihan juga berdampak negatif terhadap ketersediaan air minum, pertanian berbasis irigasi dan ketahanan pangan, mata pencaharian petani, pembangunan ekonomi terkait, ketahanan terhadap perubahan iklim dan manfaat dari ekosistem yang terdapat pada air tanah.

Bottled Water

Bottled Water merupakan sumber air bersih berupa air kemasan dalam botol atau galon yang banyak diperjualbelikan di tengah masyarakat. Secara kualitas, air galon yang diproduksi oleh pihak berizin dan terkontrol oleh pemerintah relatif lebih aman untuk dikonsumsi. Meskipun demikian air galon cenderung lebih mahal dan beberapa produk terkadang menawarkan galon sekali pakai yang berpotensi sangat tidak ramah lingkungan.

Ancaman Terhadap Sumber Air Bersih

Pencemaran lingkungan yang banyak terjadi saat ini ternyata sangat memengaruhi kualitas air bersih yang kita gunakan. Ancaman perubahan iklim bahkan juga berdampak tak hanya pada kualitas air bersih, tetapi juga memengaruhi kuantitas ketersediaan air bersih. Hal ini dikarenakan peningkatan suhu bumi yang dapat menyebabkan berubahnya cuaca sehingga musim hujan bisa terjadi dalam waktu singkat, sedangkan musim kering dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama, sehingga kelangkaan air dapat terjadi.

Pengelolaan Air Bersih yang Ramah Lingkungan dari Rumah

Hal utama yang dapat kita lakukan dalam pengelolaan air skala rumah tangga adalah bijak dan hemat dalam menggunakan air. Selain itu, kegiatan Rainwater Harvesting atau Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) juga dapat digunakan dalam memperoleh sumber air bersih yang bisa digunakan untuk menyiram tanaman dan MCK. Penggunakan deterjen ramah lidngkungan juga dapat dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi masuknya zat pencemar ke dalam badan air di lingkungan kita.

***

Referensi:

http://ciptakarya.pu.go.id/pam/Istilah/Istilah.html

SehatQ. Ini Syarat Air Bersih yang Aman Digunakan dari Fisik Hingga Kimiawi. Diakses dari https://www.sehatq.com/artikel/syarat-syarat-air-bersih-yang-perlu-anda-ketahui

https://journals.itb.ac.id/index.php/jets/article/view/4548/3101

https://www.who.int/water_sanitation_health/gdwqrevision/nonpiped.pdf

Living in Indonesia as Expatriates. Diakses dari https://www.expat.or.id/info/watertreatment.html

HelloSehat. Mana yang Lebih Sehat: Minum Air Galon atau Air Rebusan dari Keran. Diakses dari https://hellosehat.com/nutrisi/tips-makan-sehat/air-galon-dan-air-keran-rebusan/

Gert-Jan Wilbers Zita Sebesvari and Fabrice G. Renaud (2014) Piped-Water Supplies in Rural Areas of the Mekong Delta, Vietnam: Water Quality and Household Perception. Diakses dari https://www.mdpi.com/2073-4441/6/8/2175

Usitha Rajeevan, Binaya Kumar Mishra. (2020). Groundwater for Sustainable Development. Diakses dari https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2352801X1930116X

Penulis: Silvany Dewita
Desainer: Sri Mulyasari Aryana
Editor: Fadlillah Octa