Manfaat (850 × 250 px)
Kesehatan

Kenali Kondisi Kesehatan Mentalmu Melalui Evaluasi Psikologis

Apakah Ibu dan Sister akhir-akhir ini merasakan masalah yang cukup berat? Apakah Ibu dan Sister akhir-akhir ini merasakan perubahan mood, perilaku, dan cara berpikir yang pada akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari? Berbagai kondisi tersebut berpotensi mengganggu kesehatan mental Ibu dan Sister. Oleh karena itu, diperlukan penanganan untuk memulihkan kesehatan mental Ibu dan Sister.

Kemajuan teknologi di zaman sekarang membuat Ibu dan Sister lebih mudah mengakses informasi terkait kesehatan mental. Saat ini, banyak sekali informasi mengenai penanganan kondisi kesehatan mental yang dapat diakses di media sosial. Hal ini tentu memiliki manfaat untuk Ibu dan Sister. Mengapa demikian? Kemudahan akses informasi terkait kesehatan mental tersebut membuat Ibu dan Sister lebih mudah mendapatkan akses untuk melakukan konseling dengan tenaga profesional, misalnya psikolog dan psikiater. Melakukan konseling dengan tenaga profesional sangat penting dilakukan ketika Ibu dan Sister membutuhkan penanganan yang lebih komprehensif. Namun, seringkali Ibu dan Sister tidak tahu hal yang ingin Ibu dan Sister ceritakan serta hal yang sebenarnya Ibu dan Sister  rasakan. Sebagai langkah awal, Ibu dan Sister bisa melakukan evaluasi psikologis terlebih dahulu, lho!

Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Psikologis?

Evaluasi Psikologis atau bisa disebut sebagai Psychological Assessment adalah sebuah proses pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang psikolog. Psikolog menggunakan tes dan alat penilaian lainnya ini untuk mengamati dan mengukur perilaku klien hingga tahap diagnosis dan panduan pengobatan. Psikolog berperan seperti seorang detektif yang berusaha mendapatkan petunjuk untuk memecahkan sebuah misteri. Makin banyak petunjuk yang diidentifikasi oleh psikolog, makin banyak pula informasi yang digunakan untuk mengetahui kondisi psikologis para klien. Selain itu, banyaknya informasi yang mampu diperoleh akan memudahkan psikolog menentukan langkah-langkah yang tepat untuk membantu para klien.

Apa saja manfaat dari Evaluasi Psikologis?

Evaluasi Psikologis memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat Evaluasi Psikologis sebagai berikut:

1. Mendiagnosis berbagai kondisi psikologis dan penyakit yang memengaruhi ingatan, proses berpikir, dan perilaku. Sebagai contoh, depresi dan gangguan cemas, baby blues, post-partum depression, serta Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) and alzheimer.

2. Mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh individu, misalnya analisis kemampuan logika, pemecahan masalah, kemampuan berkomunikasi, dan stabilitas emosi ataupun kepercayaan diri.

3. Memberikan gambaran tentang bidang aktivitas yang cocok bagi setiap individu. Saat memperoleh gambaran tersebut, psikolog dapat memberikan solusi yang tepat untuk membantu klien mengembangkan potensinya.

Dalam Evaluasi Psikologis terdapat berbagai teknik asesmen yang digunakan. Salah satu teknik asesmen yang umum digunakan adalah wawancara klinis. Melalui wawancara klinis dengan klien, psikolog dapat memperoleh informasi psikologis dan penyakit yang dialami oleh klien. Ketika seorang psikolog berbicara kepada klien tentang kekhawatiran dan sejarahnya, psikolog  dapat mengamati cara klien berpikir, beralasan, dan berinteraksi dengan orang lain. Selain melalui wawancara, proses asesmen juga bisa dilakukan secara tertulis. Proses asesmen secara tertulis dilakukan dengan menjawab sejumlah pertanyaan pilihan ganda maupun esai. Setiap pertanyaan yang dijawab klien diharapkan mampu menjelaskan masalah psikologis tertentu yang dialami klien. Durasi setiap evaluasi juga berbeda-beda, tergantung dari jenis evaluasi yang dipilih atau kebijakan dari penyedia asesmen. 

Nah, Ibu dan Sister sudah memperoleh gambaran tentang Evaluasi Psikologis. Kemudian, di mana Ibu dan Sister bisa mendapatkan layanan Evaluasi Psikologis? Ibu dan Sister bisa mendapatkan layanan Evaluasi Psikologis di lembaga pelayanan psikologi. Bagaimana dengan tes psikologis yang banyak tersedia secara online? Para ahli ternyata tidak merekomendasikan tes psikologi secara online. Ketika Ibu dan Sister mencoba untuk mengikuti tes dengan cara tersebut, jawaban dalam tes mungkin tidak konsisten serta membuat Ibu dan Sister tampak memiliki lebih banyak masalah daripada yang sebenarnya terjadi. Ibu dan Sister boleh saja untuk mencoba mengikuti tes psikologis secara online. Namun, jangan lupa untuk mengonsultasikan hasilnya dengan psikolog, ya.

Bagaimana informasi tentang Evaluasi Psikologis, Ibu dan Sister? Setelah memperoleh informasi tersebut, Ibu dan Sister tidak perlu takut lagi untuk melakukan Evaluasi Psikologis jika memang diperlukan. Ini bukanlah sesuatu yang perlu Ibu dan Sister pelajari terlebih dahulu layaknya ujian akhir. Sebaliknya, Evaluasi Psikologis adalah kesempatan bagi psikolog untuk menentukan cara terbaik untuk membantu para kliennya agar sehat secara fisik dan psikis.

Salam sehat, Ibu dan Sister!

***

Referensi:

Protenzia Consulting. 2020. Memahami Pengujian dan Assessment Psikologis. Diakses dari http://www.protenziaconsulting.com/news/memahami-pengujian-dan-assesment-psikologis/ tanggal 02 Oktober 2022.

Rudlin, Kathryn. 2022.. What Is a Psychological Evaluation? Diakses dari https://www.verywellmind.com/get-your-teen-a-psychological-evaluation-2610450 tanggal 30 September 2022.

Penulis: Shinta Nastiti
Desainer/Illustrator: Sri Mulyasari Aryana
Editor: Dwi Martina Dewi

healing with journaling
KeluargaKesehatan

Healing dengan Journaling

Sebagai wanita, Ibu mungkin sudah terbiasa dengan task-switching atau mengerjakan hal berbeda secara bergantian dalam satu waktu. Contohnya saat Ibu menyelesaikan pekerjaan kantor sembari memikirkan weekly menu untuk minggu depan dan mengingat-ingat bahan makanan yang habis dan perlu dicatat di dalam daftar belanja minggu ini.

Aktivitas task-switching ini menambah beban kerja otak sehingga otak memerlukan lebih banyak energi. Tidak heran jika Ibu seringkali merasa lelah meski sudah beristirahat dengan waktu yang cukup. Salah satu kegiatan healing yang dapat membantu meringankan beban kerja otak adalah dengan menulis jurnal.

Menulis jurnal atau journaling adalah suatu kegiatan rutin menjabarkan hal-hal yang dipikirkan dan dirasakan secara sistematis. Journaling bisa dimulai sesederhana menulis di buku catatan atau menggunakan aplikasi di laptop atau smartphone Ibu.

Selain mengurangi kepenatan di kepala, ada banyak tujuan journaling, seperti untuk mengabadikan pengalaman dan perasaan, hingga untuk menerapkan kesadaran penuh atau mindfulness.

Manfaat dari journaling pun tidak kalah banyaknya, terutama bagi pengembangan diri dan kesehatan mental. Journaling membantu mengurai pikiran menjadi runut dan terorganisir ke dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan inilah yang kemudian akan membantu dalam proses mengenal diri sendiri hingga menemukan aspirasi diri. Selain itu, journaling juga membantu dalam mempertimbangkan dan menentukan langkah selanjutnya dalam kehidupan.

Dari sisi kesehatan mental, journaling berperan sebagai wadah yang menampung keluh-kesah, keraguan, dan ketakutan dalam diri. Journaling membantu mengelola emosi secara sehat. Ketika kita mengurai dan memindahkan berbagai pemikiran dan emosi tersebut dari kepala ke dalam bentuk tulisan, maka kita akan merasa lega.

Berikut adalah beberapa jenis journaling yang dapat dicoba:

1.    Daily Journal

Jurnal harian yang berisikan hal-hal yang dilakukan atau pengalaman yang dirasakan hari itu. Umumnya jurnal harian juga berisikan to-do list, sehingga jurnal ini cocok jika kita ingin mengingat suatu momen secara rinci.

2.    Atomic Journal

Atom adalah unsur terkecil yang membentuk senyawa. Seperti namanya, atomic journal mengajak kita menulis satu kalimat sederhana untuk mendeskripsikan perasaan dan pengalaman hari itu. Meski terdengar sulit, namun atomic journal bisa memantik Ibu untuk memperkaya kosa kata.

3.    Gratitude Journal

Cara sederhana untuk memulai gratitude journal adalah dengan menuliskan 5-10 hal yang disyukuri setiap harinya. Mulai dari hal-hal besar, seperti sembuh dari sakit, dan berhasil mendapat pekerjaan baru, hingga hal-hal sederhana namun membuat hati terasa hangat, seperti menempuh perjalanan tanpa terjebak kemacetan, dan pelukan ekstra dari anak-anak. Gratitude journal melatih optimisme dan kemampuan bersyukur Ibu dalam menjalani kehidupan.

4.    Visual Journal

Jika Ibu menyukai hal-hal yang bersifat artistik, maka Ibu bisa mencoba membuat visual journal. Visual journal berisikan satu foto atau gambar setiap harinya. Ibu bisa memotret diri sendiri, keluarga, pemandangan, atau aktivitas yang Ibu lakukan hari itu. Jika dilakukan dengan rutin, pada akhir tahun Ibu bisa memiliki kaleidoskop sendiri.

5.    Bullet Journal

Bullet Journal atau BuJo merupakan metode journaling yang diciptakan oleh Ryder Carroll dan menekankan pada intensi penulisnya. Secara umum, BuJo berisikan future log untuk mencatat aspirasi atau tujuan, monthly planner untuk mencatat deadline dan goals jangka pendek, serta daily log untuk mencatat aktivitas harian. Namun Ibu juga bisa menambahkan kategori lain sesuai kebutuhan. Berbeda dari jenis journaling lainnya, BuJo biasanya menggunakan jurnal yang halamannya menggunakan titik-titik. Ini karena kita akan mengatur, menggaris, bahkan menggambar sendiri jurnal tersebut sesuai preferensi atau intensi kita.

Wajar jika journaling menjadi salah satu kegiatan yang populer. Selain menyenangkan, journaling juga hemat waktu dan biaya, serta memiliki banyak manfaat, terutama dalam mengorganisir kehidupan.

Untuk mendapatkan manfaatnya, jadikan journaling sebagai suatu kebiasaan atau rutinitas Ibu. Sebelum mengakhiri hari, dedikasikan beberapa menit waktu Ibu untuk menulis. Jika Ibu merasa bingung atau canggung, ingatlah bahwa tidak ada peraturan saklek dalam journaling, sehingga Ibu tidak perlu takut salah.

Jadi metode journaling mana yang ingin Ibu coba?

***

Referensi:

Hirsch, P. ,Koch, I., et al. (2019, 14 Agustus). Putting a stereotype to the test: The case of gender differences in multitasking costs in task-switching and dual-task situations. Diakses dari https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0220150

Murray, B. (2002, Juni). Writing to heal. Monitor on Psychology, 33, (6). https://www.apa.org/monitor/jun02/writing

Phelan, H. (2018, 25 Oktober). What’s All This About Journaling?. Diakses dari https://www.nytimes.com/2018/10/25/style/journaling-benefits.html

Tartakovsky, M. (2022, 22 Februari). 6 Journaling Benefits and How to Start Right Now. Diakses dari https://www.healthline.com/health/benefits-of-journaling#how-to-start

Penulis: Yoanda Pragita
Desainer/Illustrator: Rifki Aviani
Editor: Sucia Ramadhani

Save Our Earth (850 × 250 px)
Pengetahuan

Memahami Krisis Iklim Melalui Picture Book

Judul buku: Climate Crisis for Beginners
Penulis: Andy Prentice, Eddie Reynolds
Ilustrator: El Primo Ramon
Tebal buku: 125 halaman
Penerbit: Usborne Publishing LTD
Tahun terbit: 2021
Bahasa: Bahasa Inggris

Kondisi dunia saat ini tidak sama lagi seperti puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Daerah yang saat ini terendam air laut bisa jadi dulunya adalah daratan yang ditinggali oleh manusia. Mengusung konsep diskusi antara Dani, Ben, dan Ayah, buku Climate Crisis for Beginners ini memaparkan secara komprehensif penjelasan tentang krisis iklim. Mulai dari penjelasan dasar proses terjadinya efek rumah kaca yang memicu pemanasan global, data-data ilmiah fakta krisis iklim, rumitnya penerapan solusi untuk menghambat efek buruk dari krisis iklim yang saat ini terjadi, hingga pada langkah-langkah yang dapat kita lakukan sebagai individu.

Hampir semua orang sepertinya pernah membaca atau menonton berita tentang krisis iklim atau pemanasan global. Namun, yang jadi pertanyaan sebenarnya adalah seberapa paham masyarakat dengan urgensi dari perlunya tindak lanjut atas isu ini? Kompleksnya pembahasan tentang krisis iklim itu sendiri bisa jadi adalah salah satu penyebab masyarakat umum enggan mempelajari lebih detail mengenai krisis iklim, dan buku ini menurut saya dapat dijadikan rujukan untuk mempelajari A sampai Z tentang krisis iklim. Karena memang ditujukan untuk anak-anak, buku ini menghadirkan konsep yang menarik dalam menyajikan fakta ilmiah dan data studi para ilmuwan. Meski berisi penjelasan yang rumit ala textbook, gabungan ilustrasi yang menarik khas dari buku anak, dan bahasa sederhana yang disajikan penulis mampu memberikan penjelasan yang komprehensif tentang krisis iklim.

Salah satu contohnya yaitu penjelasan mengenai keterkaitan antara satu isu dan isu lain di bagian penjelasan tentang terjadinya krisis iklim. Adanya koneksi antara satu kejadian dan kejadian lain yang ternyata itu berdampak buruk, menjadikan saya secara pribadi jadi lebih mindfull ketika akan mengambil tindakan dalam keseharian.

Bagian favorit dari buku ini menurut saya adalah saat tokoh ayah yang semula tidak paham dan menganggap angin lalu tentang isu krisis iklim akhirnya menjadi orang yang paling bersemangat memberikan ide-ide perubahan untuk direalisasikan. Hal tersebut disebabkan tokoh ayah mendengar penjelasan panjang-lebar tentang dampak buruk yang akan terjadi di masa depan jika kondisi saat ini tidak ditindaklanjuti. Tokoh ayah di sini cukup mewakili mayoritas masyarakat di luar sana saat ini.

Kelemahan dari buku ini menurut saya adalah belum bisa dibaca semua kalangan di Indonesia. Meskipun penjelasannya didukung dengan ilustrasi, tetapi penggunaan bahasa Inggris menjadikan buku ini terbatas hanya untuk kalangan tertentu. Secara rekomendasi usia pembaca, dari penerbit menuliskan 10 tahun ke atas. Namun, menurut saya buku ini dapat mulai dibacakan ke anak usia di bawah 10 tahun dengan supervisi dari orang tua. Mengenalkan krisis iklim dan tindakan pencegahan yang dapat kita lakukan sedini mungkin kepada anak-anak menurut saya sangat penting, mengingat di masa akan datang anak-anak kita yang akan menjadi salah satu pihak terdampak atas krisis iklim ini. Harapan saya, akan ada buku serupa yang dituliskan dalam bahasa Indonesia sehingga dapat menjangkau lebih banyak kalangan pembaca.

Dari buku ini, saya menyimpulkan bahwa tidak ada kata terlalu dini atau terlalu tua untuk belajar dan paham tentang krisis iklim. Anak-anak kita, sebagai pihak yang bisa jadi lebih terdampak di masa depan, memiliki hak untuk diajari tentang mengambil tindakan pencegahan sedini mungkin. Sementara kita, sebagai orang tua, juga memiliki andil besar dalam mencegah kondisi krisis saat ini tidak semakin memburuk di masa depan.

Penulis: Widia Anggia Vicky
Desainer/Illustrator: Sri Mulyasari Aryana
Editor: Fadlillah Octa

vegetarian
Kesehatan

Ibu dan Anak Vegetarian, Sehat Kah?

Baru-baru ini, tren pola makan vegetarian semakin meningkat, terutama pada perempuan. Salah satu anggapan populer yang berkembang adalah vegetarian bisa menjadi cara untuk membuat tubuh menjadi ideal. Tujuan tersebut memang tidak sepenuhnya salah, tetapi yang patut dicari tahu adalah apakah pola makan vegetarian itu menjadi pilihan yang paling sehat untuk bunda dan sisters khususnya keluarga?

Vegetarian terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan boleh atau tidak mengonsumsi makanan tertentu. Dari semua jenis vegetarian yang ada, sebuah survei menunjukkan bahwa sebagian besar jenisnya adalah lacto-ovo vegetarians. Locto-ovo Vegetarians adalah orang yang tidak makan segala jenis daging. Namun, mereka masih mengonsumsi telur, susu, keju, atau yoghurt.

Tidak hanya pada perempuan dewasa, akhir-akhir ini banyak orang tua yang juga menerapkan diet vegetarian pada anak-anaknya. Hal ini disebabkan pemikiran bahwa vegetarian akan memberikan manfaat untuk kesehatan anak. 

Namun, tahukah bunda dan sisters bahwa menjadi vegetarian tidak sepenuhnya sehat untuk anak? Menurut dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Aryono Hendarto, alih-alih menyehatkan, para pakar nutrisi justru mengatakan bahwa berbahaya apabila orang tua menghilangkan asupan bahan makanan hewani untuk anak. Anak yang menjadi vegetarian berisiko mengalami kekurangan zat gizi. 

Sebenarnya apa saja zat gizi tersebut dan apa saja perannya bagi tubuh?

1. Protein dan Asam Lemak: Pembuat Hormon dan Kemampuan Kognitif

Protein memiliki asam amino yang sangat berguna selama pertumbuhan dan produksi senyawa yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yaitu pembentukan hormon dan neuron untuk perkembangan otak anak. Asam amino memang bisa didapatkan dari bahan makanan yang tidak berasal dari hewan. Akan tetapi, asam amino pada protein hewani lebih lengkap daripada protein nabati.

Selain asam amino, kandungan asam lemak seperti omega-3 dan omega-6 juga berperan untuk perkembangan visual, kognitif, dan berhubungan dengan respons imun anak.

2. Zat Besi: Produsen Darah Manusia

Daging memiliki kandungan zat besi yang penting untuk produksi darah dalam tubuh manusia. Zat besi memang dapat ditemukan pada sayuran. Namun, zat besi pada sumber nabati berbeda dari protein hewani.

Zat besi pada daging memiliki heme yang menjadi komponen utama hemoglobin dan hemoprotein. Sementara, zat besi pada sayuran tidak memiliki heme. Jadi, konsumsi sayur tidak cukup untuk menggantikan zat besi dari protein hewani.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh East Carolina University pada 2016, sekitar 25% vegetarian rentan terkena anemia karena rendahnya kadar zat besi dan vitamin B12 dalam darah. Hal ini menjadi sangat krusial, terutama bagi bunda dan sisters. Karena saat mengalami menstruasi, perempuan membutuhkan zat besi yang lebih banyak untuk menggantikan darah yang keluar.

3. Vitamin B12: Zat Penting untuk Ibu dan Anak

Protein hewani juga memproduksi vitamin B12 yang mempunyai peran besar dalam tumbuh kembang anak. Kekurangan vitamin B12 pada anak menyebabkan gagal tumbuh, gangguan pergerakan, dan keterlambatan perkembangan. Jika untuk bunda dan sister, vitamin B12 sangat dibutuhkan untuk darah agar terhindar dari penyakit anemia.

4. Yodium: Perkembangan Mental dan Fisik

Anak juga membutuhkan kandungan yodium yang lebih banyak ditemukan pada sumber makanan hewani. Kekurangan yodium dapat menyebabkan kekurangan produksi hormon tiroid dan dapat memicu terganggunya perkembangan mental dan fisik anak. 

Oleh karena itu, penerapan diet vegetarian perlu disesuaikan dengan kebutuhan diri dan anak. Hal ini disebabkan kondisi dan tahap perkembangan setiap orang berbeda-beda. 

Salam sehat, bunda dan sisters!

***

Referensi:

CNN Indonesia. (2022, September 27). Dokter Soroti Bahaya Pola Makan Vegetarian pada Anak. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210401132252-255-624897/dokter-soroti-bahaya-pola-makan-vegetarian-pada-anak

Penulis: Ayu Nabilah
Editor: Sucia Ramadhani

sehat-dengan-jalan-kaki
Kesehatan

Sehat Hakiki dengan Jalan Kaki

Ingin sehat dengan mudah dan murah meriah? Jalan kaki saja! 

Sebuah studi menunjukkan bahwa orang-orang akan lebih sehat jika tinggal di kawasan yang di dalamnya memiliki komunitas aktif dalam beraktivitas dan juga berolahraga. Mereka yang tinggal di daerah yang mudah diakses dengan berjalan kaki, ternyata punya indeks massa tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tinggal di daerah yang sulit diakses dengan berjalan kaki. Bahkan nih, tingkat kejahatan pun dinilai cenderung rendah di daerah yang punya walkability yang tinggi. 

Bagi ibu hamil, jalan kaki secara teratur pun dapat meningkatkan kualitas tidur karena memunculkan hormon endorphin yang membuat bahagia. Bahkan, jalan kaki jam 9 pagi akan memicu hormon serotonin yang membuat suasana hati menjadi lebih positif dan berpikir menjadi lebih tenang. Tidak hanya itu, penelitian oleh Rury dan Nurlela pada tahun 2020 menujukkan bahwa terapi dengan berjalan kaki selama 10 menit dapat digunakan sebagai salah satu alternatif asuhan untuk ibu hamil dengan hipertensi.

Bagi lansia latihan fisik seperti berjalan kaki bermanfaat untuk menghambat penurunan kemampuan antisipasi reaksi yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia. Untuk yang memiliki riwayat diabetes melitus berjalan kaki selama 30 menit bermanfaat untuk mengontrol kadar gula dalam darah.

Wah, ternyata banyak sekali ya kebaikan dari berjalan kaki!

Serunya Bergabung dengan Komunitas Pejalan Kaki

Jadi, pernahkah Ibu dan Sisters melihat sekelompok orang mengunjungi berbagai tempat di sebuah kota dengan cara berjalan kaki? Kelihatannya seru sekali, ya! 

Di akhir pekan yang erat dengan aktivitas melepas penat, kita diajak untuk mengenali kota yang selama ini ditinggali dengan cara yang asyik dan tentu saja menyehatkan.

Berjalan kaki saat ini tidak lagi identik dengan kesendirian dan kesepian. Banyak komunitas yang menginisiasi gerakan ini dengan menggabungkannya bersama dengan jelajah kota beriringan perjalanan wisata sejarah atau wisata kuliner. Misalnya Maniac Street Walkers Surabaya, Jelajah Bandung, Cerita Bandung, Komunitas Pejalan Kaki Semarang, dan Jakarta on Foot.

Menurut Rapoport dalam bukunya yang berjudul Human Aspect of Urban Form, kecepatan rendah dari berjalan kaki membuat kita dapat mengamati objek secara detail serta lebih mudah menyadari lingkungan sekitar. Berjalan kaki juga bisa disebut sebagai sarana transportasi karena menghubungkan antar fungsi dari setiap kawasan, misalnya kawasan perdagangan, budaya, dan permukiman, sehingga dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi lebih manusiawi.

Oleh karena itu, tidak heran jika jumlah peserta dalam komunitas jalan kaki selalu bertambah seiring berjalannya waktu. Selain menjadi tempat bersilaturahmi, berjalan kaki secara bersama-sama juga membuat kita lebih membumi. Kita menjadi lebih sadar terhadap segala sesuatu yang mungkin selama ini terlewatkan karena terlalu sering menggunakan kendaraan. 

Tipe Pejalan Kaki 

Tahukah Ibu dan Sisters bahwa keputusan berjalan kaki ternyata dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan fisik?

Menurut Zimring dalam penelitiannya di tahun 2007, pemilihan rute atau tujuan perjalanan dipengaruhi oleh karakteristik jalur dan tempat tujuan. Jadi ada dua kategori intensi dalam aktivitas berjalan kaki, yakni berjalan rekreatif (recreational walking) dan berjalan sebagai perantara (instrumental walking). Tujuan dari recreational walking adalah untuk kesenangan, berkebun, olahraga, peningkatan kesehatan, dan aktivitas fungsional lainnya. Jenis berjalan seperti ini dapat dilakukan secara individu maupun terorganisir seperti klub jalan sehat.

Sedangkan instrumental walking adalah aktivitas berjalan yang dilakukan bukan karena rekreasi ataupun aktivitas fisik tertentu, melainkan hasil aktivitas utama atau rutinitas lain. Seperti berjalan ke tempat kerja dan tujuan lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam aktivitas fisik meliputi karakteristik level individu (sosio demografi, budaya, karakteristik perilaku, dan gaya hidup tertentu) sampai dengan karakteristik level sosial (norma sosial, kebijakan publik, dan tekanan pasar).

Jadi apapun tujuannya, berjalan kaki tidak pernah memunculkan efek negatif kok, asalkan dilakukan secara tepat, aman, dan tentu saja dengan hati yang gembira. 

Yuk, kita jalan kaki bareng! 

***

Referensi: 

Craig, Z. (2007). Where Active Older Adults Walk. Environment and Behavior. 39(1). 

Doyle, S., Kelly-Schwartz, A., Schlossberg, M., & Stockard, A. (2006). Active Community Environments and Health: The Relationship of Walkable and Safe Communities to Individual Health. Journal of the American Planning Association72(1), 19-31. doi: 10.1080/01944360608976721

Isrofah, I., Nurhayati, N., & Angkasa, P. (2017). Efektifitas Jalan Kaki 30 Menit Terhadap Nilai Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Desa Karangsari Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Journal of Holistic Nursing Science4(1), 16-24.

Lungit, W., and Imam, S. (2020) Pengaruh Olahraga Jalan Kaki Terhadap Antisipasi Reaksi Pada Lansia. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan. 5 (1). 1-7. ISSN 2549-6360

Martiningrum, I. (2011). Berjalan Kaki Sebagai Lifestyle Masyarakat Kota. Psikologi dan Arsitektur, 186-192. 

Rappoport, A. 1977. Human Aspect of Urban Form. Oxford: Pergamon Press

Ruri, R. Y. A., & Nurlaela, A. R. (2020). Pengaruh Terapi Jalan Kaki 10 Menit terhadap Tekanan Darah pada Primigravida. Jurnal Abdidas1(2), 64-69. https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i2.15

Wulandari, A., Retnaningtyas, E., & Wardani, E. K. (2018). Efektivitas Olahraga Ringan Jalan Kaki Terhadap Kualitas Tidur Ibu hamil Trimester 3 di Desa Silir Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Journal for Quality in Women’s Health1(1), 27-32.

Penulis: Hanifa Paramitha Siswanti

Designer: Rifki Aviani

Editor : Sucia Ramadhani